Masa remaja sering digambarkan sebagai masa yang penuh energi, masa emas untuk bertumbuh, sekaligus masa pencarian jati diri. Namun di balik semangat dan gaya hidup modern yang semakin praktis, ternyata ada ancaman kesehatan yang diam-diam membayangi: anemia.
Gaya Hidup Modern, Pola Makan, dan Status Gizi
Remaja sekarang hidup di tengah derasnya arus globalisasi dan tren gaya hidup modern. Makanan cepat saji, minuman kekinian, hingga kebiasaan “skip sarapan” seakan menjadi hal biasa. Sayangnya, pola makan semacam ini berimplikasi langsung pada status gizi remaja.
Adapun salah satu penelitian di Jakarta yang menemukan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki status gizi normal, tetapi tidak sedikit juga yang berstatus kurus maupun berlebih. Hal serupa juga terlihat di Lampung Barat, di mana hampir 30% remaja putri berstatus kurus, sementara 20% justru gemuk. Keduanya bukan sekadar angka, melainkan tanda bahwa remaja kita menghadapi tantangan gizi ganda: kekurangan sekaligus kelebihan gizi.
Anemia: Masalah Lama yang Masih Relevan
Anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal. Pada remaja putri, risiko ini meningkat karena menstruasi bulanan, ditambah pola makan yang tidak seimbang.
Fakta mengejutkan datang dari dua penelitian berbeda: baik di Jakarta maupun di Lampung Barat, lebih dari 50% remaja putri terbukti mengalami anemia. Angka ini sangat tinggi, mengingat anemia dapat menurunkan konsentrasi belajar, membuat tubuh mudah lelah, hingga dalam jangka panjang berdampak pada kesehatan reproduksi mereka.
Lebih parah lagi, anemia tidak hanya menyerang remaja kurus. Justru remaja dengan gizi berlebih pun berisiko lebih tinggi. Penelitian di Lampung Barat menyebutkan, remaja gemuk berisiko hampir 4 kali lipat lebih besar terkena anemia dibandingkan yang bergizi normal. Hal ini terjadi karena penumpukan lemak dapat mengganggu metabolisme zat besi, sehingga tubuh kesulitan membentuk hemoglobin.
Mengapa Pola Makan Sangat Berpengaruh?
Pola makan menjadi kunci penting. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa remaja dengan pola makan tidak teratur lebih banyak mengalami anemia dibandingkan yang makan secara teratur. Kebiasaan melewatkan sarapan, terlalu sering jajan, serta konsumsi fast food membuat asupan zat gizi – terutama zat besi, protein, dan vitamin – tidak tercukupi.
Banyak remaja putri juga melakukan diet ekstrem demi mendapatkan tubuh langsing sesuai standar media sosial. Padahal, diet tanpa pengawasan berisiko menyebabkan defisiensi gizi dan memperparah risiko anemia.