Mohon tunggu...
Nazera Amsyar Azizi M.
Nazera Amsyar Azizi M. Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka menulis, fakta!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Artikel Logika Berpikir

7 Oktober 2025   00:07 Diperbarui: 6 Oktober 2025   22:10 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kehidupan, manusia sering dihadapkan dengan berbagai masalah yang butuh pemecahan dengan berpikir. Berpikir itu sendiri adalah proses mental ketika akal menggunakan konsep dan simbol untuk memahami situasi, mencari makna, dan menemukan solusi (Maulidya, 2018). Sedangkan logika  adalah  cara  berpikir  yang  menggunakan  aturan-aturan  tertentu  untuk memperoleh  kesimpulan  yang  benar dan sistematis.  Dengan  menggunakan  logika,  kita  dapat memahami suatu masalah secara lebih mendalam, menganalisis argumen dengan baik, serta membuat keputusan yang tepat (Rendi dkk., 2024).       

Metode logika dan model berpikir manusia

Metode dalam berpikir mengacu pada cara akal memahami suatu persoalan, di antaranya melalui pendekatan analitis dan intuitif. Metode analitis dilakukan dengan memecah suatu masalah ke dalam bagian-bagian kecil agar lebih mudah dipahami, sedangkan metode intuitif mengandalkan intuisi atau pemahaman langsung yang lahir dari pengalaman dan naluri tanpa melalui proses analisis yang panjang.

Sementara itu, metode dalam berlogika merupakan cara berpikir yang digunakan untuk menarik kesimpulan secara sistematis, yang umumnya terbagi menjadi dua, yakni deduktif dan induktif. Metode deduktif bekerja dari hal yang bersifat umum menuju kesimpulan khusus, sedangkan metode induktif berangkat dari fakta-fakta khusus untuk membentuk kesimpulan umum (Sriyanti dkk., 2024).

Salah satu bentuk logika deduktif adalah silogisme, yaitu cara bernalar dengan menyusun dua pernyataan atau premis yang berlainan kemudian menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum (premis mayor), menuju hal yang lebih khusus (premis minor). Dari hubungan keduanya, lahirlah sebuah kesimpulan yang logis atau disebut konklusi (Safuwan, 2016). Dalam jurnalnya, Zulaikah (2015) menjelaskan Jenis-jenis silogisme terbagi menjadi tiga bentuk. Pertama, silogisme kategoris, yaitu silogisme yang premis-premisnya berupa pernyataan umum dan khusus. Kedua, silogisme hipotesis, yakni silogisme yang menggunakan pernyataan bersyarat dengan pola "jika... maka...".  Dan yang ketiga, silogisme disjungtif, yaitu silogisme yang memakai pernyataan pilihan dengan kata "atau".

Kesalahan Berpikir: Fallacy dan Logisma

Ridho (2021) menjelaskan bahwa Fallacy terjadi ketika seseorang jarang berpikir sendiri dan hanya meniru orang lain, terlihat rasional tetapi sebenarnya tidak menggunakan logika dengan benar, atau terlalu terpaku pada satu pendapat. Kesesatan ini bisa muncul dari isi materi, misalnya kata-kata yang membingungkan, arti ganda, kalimat rancu, atau kesalahan menilai orang lain, maupun dari bentuk logika, seperti kesalahan dalam silogisme, premis yang salah, inkonsistensi, atau salah menafsirkan sebab dan akibat. Sementara itu, logisme adalah cara berpikir yang terlalu menekankan logika formal tanpa memperhatikan konteks, kenyataan, atau relevansi. Contohnya, berpikir "Semua orang yang pakai kacamata pintar, Ani pakai kacamata, Ani pasti pintar" logis secara bentuk, tetapi bisa salah secara kenyataan. Kedua konsep ini menunjukkan bahwa berpikir yang hanya mengandalkan logika tanpa memperhatikan makna dan konteks dapat menyesatkan dan cenderung kaku.

Daftar Referensi

Maulidya, A. (2018). Berpikir dan problem solving. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan dan Sastra Arab, 1(1), 11--12.

Rendi, M., Neonane, T., & Lawalata, M. (2024). Peran logika dalam berfikir kritis untuk membangun kemampuan memahami dan menginterpretasi informasi. Sinar Kasih: Jurnal Pendidikan Agama dan Filsafat, 2(2), 85.

Ridho, M. R. (2021). Kesesatan berpikir (fallacy) dalam argumentasi hukum. Jurnal Mahasiswa Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 7--9.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun