Ren Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di kota kecil La Haye, Prancis, yang kini dinamai La Haye-Descartes untuk menghormatinya. Ia berasal dari keluarga bangsawan; ayahnya bekerja sebagai anggota parlemen di Paris. Sejak kecil Descartes dikenal cerdas. Pendidikan formalnya dijalani di Collge Royal de La Flche, sekolah Jesuit yang terkenal. Di sekolah ini ia belajar logika, metafisika, fisika, etika, bahasa, serta sastra dengan pendekatan filsafat Aristoteles yang dipadukan dengan ajaran Kristen. Walaupun banyak mendapat ilmu, Descartes merasa pelajaran di sekolah hanya penuh perdebatan tanpa dasar yang benar-benar pasti (Descartes, 1637/1984, hlm. 115).
Setelah tamat, ia melanjutkan kuliah hukum di Universitas Poitiers dan lulus tahun 1616. Namun ia merasa kecewa karena ilmu pengetahuan yang ia pelajari tidak memberinya kepastian mutlak. Ia lalu memutuskan untuk mencari kebenaran lewat pengalaman hidup, bukan sekadar lewat buku atau guru. Ia berkelana, masuk militer, bertemu berbagai macam orang, dan merenungkan pengalaman-pengalaman itu. Menurutnya, pengalaman hidup bisa membersihkan dirinya dari prasangka dan kebiasaan yang salah sejak kecil (Descartes, 1637/1984, hlm. 116).
Tahun 1618 Descartes bergabung dengan militer Belanda, walau tanpa gaji. Di sana ia bertemu Isaac Beeckman, seorang matematikawan amatir, yang menginspirasinya. Beeckman membuat Descartes yakin bahwa kepastian hanya bisa ditemukan dalam matematika karena jelas dan pasti. Pertemuan ini sangat penting karena mendorong Descartes untuk menggabungkan matematika dengan ilmu alam (Copleston, 1959, hlm. 64). Pada masa ini ia menulis karya awalnya, Compendium Musicae, tentang teori musik.
Tahun 1619, saat bergabung dalam militer Bavaria di Neuberg, Descartes mengalami tiga mimpi yang kemudian dianggap sebagai titik balik pemikirannya. Dalam mimpi terakhir, ia menemukan puisi Ausonius yang menanyakan, "Jalan hidup mana yang akan aku tempuh?" (Ausonius, ca. abad ke-4). Descartes menafsirkan mimpi itu sebagai panggilan ilahi untuk membangun ilmu baru dengan dasar akal budi, bahkan ia bernazar melakukan ziarah ke Loreto pada 1623 (Baillet, 1691/1984). Setelah pengalaman itu, ia banyak menetap di Belanda (1628--1649) dan menulis karya-karya penting seperti Discourse on the Method (1637), Meditationes de Prima Philosophia (1641), Principia Philosophiae (1644), dan Passions of the Soul (1649). Naskah Le Monde sengaja tidak diterbitkan karena ia khawatir akan bernasib sama dengan Galileo yang dihukum Gereja. Pemikirannya kemudian diajarkan di universitas dan memberi pengaruh besar pada perkembangan filsafat modern (Hirschberger, 1980, hlm. 89--90).
Pada 1649 Descartes menerima undangan Ratu Christina dan pindah ke Stockholm, Swedia. Namun iklim yang keras dan rutinitas kerja pagi membuat kesehatannya menurun, hingga ia meninggal karena pneumonia pada Februari 1650. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Prancis pada 1667. Descartes tidak pernah menikah dan memilih hidup sederhana demi fokus pada filsafat. Walaupun ia seorang Katolik, konsep Tuhan dalam filsafatnya bersifat rasional, mirip dengan substansi pada Spinoza atau monade Leibniz. Karena itulah sebabnya filsafatnya bersifat rasional dan logis, bukan teologis (Rd, 1992, hlm. 60). Ia lebih dikenal sebagai filsuf sekaligus matematikawan rasionalis, bukan sebagai teolog (Copleston, 1959, hlm. 66).
DAFTAR PUSTAKA
Ausonius, D. M. (ca. 4th century). Roman poet from Bordeaux. [Catatan biografis].
Baillet, A. (1691). La vie de Monsieur Des-Cartes (Vol. 1, pp. 80--86). Paris. Dikutip dalam Descartes, R. (1984). The philosophical writings of Descartes (Vol. 1, p. 4, Catatan 1). Cambridge University Press.
Copleston, F. (1959). A history of philosophy (Vol. 4, Descartes to Leibniz). Burns, Oates.
Descartes, R. (1637/1984). Discourse on the method (Part I). Dalam The philosophical writings of Descartes (Vol. 1, pp. 115--116; J. Cottingham, R. Stoothoff, & D. Murdoch, Trans.). Cambridge University Press.
Hirschberger, J. (1980). Geschichte der Philosophie: Altertum und Mittelalter, Neuzeit und Gegenwart. Komet Verlag.