Peran Pendidikan Seksual Dalam Membentuk Perilaku Seksual Positif Pada Remaja
Pendidikan seksual memiliki peran penting dalam membentuk perilaku seksual positif pada remaja melalui pemberian informasi yang tepat tentang seksualitas. Pendidikan seksual memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang benar kepada remaja mengenai perubahan dan perkembangan fisik, mental, dan kematangan emosional yang terkait dengan masalah seksual pada masa remaja. Hal ini penting karena seringkali orang tua terlihat tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi oleh remaja selama masa transisi mereka. Oleh karena itu, pendidikan seksual bagi remaja perlu memasukkan materi yang relevan dengan gejala-gejala yang dialami oleh remaja selama masa transisi mereka. Gejala-gejala tersebut misalnya terjadinya menstruasi bagi remaja putri dan emisi nokturnal ( mimpi basah) bagi remaja putra, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan penis dan payudara, dan lain-lain.
Melalui materi pendidikan seksual bagi remaja diharapkan agar apa yang tidak didapat anak di rumah, dapat diperolehnya di sekolah. Selain itu, dengan adanya informasi pengetahuan seksual yang berisikan konsep diri, inteligensi, dan juga peran sosial diharapkan remaja dapat lebih baik dalam memilih dan mempercayai teman dan mengerti tentang batasan-batasan dalam pergaulan, sehingga mereka tidak ikut terjerumus dalam pengaruh negatif teman dan lingkungannya.
Selain itu, pendidikan seksual juga perlu memberikan informasi yang akurat dan tepat mengenai kesalahan dan penyimpangan seksual yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental remaja. Beberapa contoh kesalahan dan penyimpangan tersebut meliputi ketergantungan pada pornografi, terlibat dalam hubungan pacaran yang melibatkan rangkulan dan ciuman, praktik phonesex, dan berbagi foto telanjang.
Selanjutnya, penting bagi pendidikan seksual untuk memberikan informasi kepada remaja mengenai dampak negatif dari pergaulan bebas dan perilaku seksual dini. Remaja perlu diberitahu mengenai konsekuensi yang mungkin timbul, seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyebaran HIV/AIDS, risiko putus sekolah, serta penyakit menular seksual dan penyakit kelamin lainnya. Meskipun ada mata pelajaran biologi yang membahas kesehatan reproduksi, masih ada remaja yang belum sepenuhnya memahami hal-hal yang dapat menyebabkan kehamilan pada remaja dan dampak negatif lainnya dari perilaku seksual dini.
Informasi-informasi yang didapat remaja melalui pendidikan seksual mampu menjadi tameng dalam mengontrol rasa ingin tahu yang muncul dalam dirinya. Melalui informasi yang didapatnya tersebut, remaja ini jadi mengerti bahwa apabila dia terus menuruti rasa ingin tahunya, maka kemungkinan dia akan terjerumus dalam perilaku seksual menyimpang seperti seks bebas dan pra nikah. Informasi yang benar tersebut disampaikan secara sederhana agar dapat dipahami dan dapat diterima oleh setiap remaja yang mendengarkannya.
Peran penting dalam membentuk sikap positif remaja terhadap seksualitas.
Peran dalam pembentukan sikap positif remaja terkait dengan situasi mereka menghadapi perilaku seksual dini dan pranikah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
Pertama, mengajak remaja untuk menyalurkan energi dan waktunya guna hal-hal yang positif. Kecenderungan terjadinya perilaku seksual menyimpang dapat terjadi salah satunya karena adanya rasa ingin tahu dan waktu luang yang berlebih. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi dari anak-anak menuju dewasa selalu dihadapkan pada rasa ingin tahu terhadap berbagai hal.
Besarnya rasa ingin tahu yang disertai dengan waktu luang yang banyak dan ketidaktahuan remaja untuk mengisinya dengan kegiatan apa, menyebabkan tidak sedikit remaja yang menghabiskan waktu luangnya untuk mengakses hal-hal yang berbau pornografi di internet.
Kedua, mengajak remaja menjauhkan diri dari perilaku seks bebas dan di luar nikah beserta dengan dampak-dampak negatifnya. Melalui informasi dan pemahaman tentang risiko dan tanggung jawab yang harus dipikul remaja yang melakukan penyimpangan seksual, terbentuklah remaja yang mampu mengontrol dirinya dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas yang ditimbulkan oleh hormonhormonnya yang sedang berkembang.