Mohon tunggu...
Navisa Khumairo
Navisa Khumairo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Program Studi Antropologi, Universitas Airlangga

memiliki hobi membaca buku, terutama buku self development.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dompet Digital: Antara Kemudahan Bertransaksi dan Perilaku Konsumif Generasi Z

30 November 2022   12:53 Diperbarui: 30 November 2022   12:59 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, secara tidak langsung kehidupan manusia sangat bergantung dengan teknologi. Teknologi sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Masyarakat cenderung memanfaatkan teknologi untuk mempermudah pekerjaan agar lebih efektif dan efisien, khususnya generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang tumbuh besar beriringan dengan revolusi digital. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka sudah melek dalam penggunaan teknologi. Salah satu kemudahan dari teknologi yaitu penerapan sistem pembayaran yang menggunakan dompet digital atau e-wallet.

Dompet digital atau e-wallet merupakan sarana pembayaran elektronik dengan cara penggunaan daring melalui aplikasi di smartphone. Sehingga pembayaran tidak harus menggunakan uang tunai atau uang kartal saja. Di Indonesia aplikasi e-wallet yang populer antara lain Gopay, LinkAja, ShopeePay, Ovo, dan Dana. Pada tahun 2018, Bank Indonesia melaporkan penggunaan e-wallet untuk bertransaksi mencapai Rp 21 triliun. Bank Indonesia juga memprediksi penggunaan e-wallet ini akan terus naik hingga 17 kali lipat pada tahun 2023 nanti. Penggunaan e-wallet ini memberi kemudahan dalam transaksi non tunai, karena hanya menggunakan smartphone yang dipakai sehari-hari. Selain itu, e-wallet juga menawarkan banyak promo hingga cashback atau uang kembali. Diskon yang ditawarkan menjadi sangat menggiurkan bagi para pengguna.

Dengan kemudahan akses yang diberikan oleh dompet digital membuat masyarakat semakin lancar dan tidak ada hambatan dalam bertransaksi. Selain itu, dengan dukungan fitur-fitur yang disediakan oleh dompet digital dalam berbagai transaksi dan aktivitas yang turut mendorong penggunanya untuk meminimalisir membawa uang tunai kemana-mana. Cukup dengan akses berupa gawai, semua jenis transaksi baik yang berbentuk non tatap muka maupun tatap muka bisa dilakukan. Lebih lanjut, dengan adanya berbagai penyedia dompet digital membuat persaingan pasar semakin ketat. Ketatnya persaingan antara beberapa penyedia penyelenggara dompet digital ini menghasilkan edukasi dan strategi agar bisa berlomba-lomba menarik daya tarik konsumen, seperti memberikan potongan harga, promosi cashback, dan lain sebagainya. Dengan berbagai promosi tersebut membuat konsumen tertarik untuk mencoba dan meningkatkan minat daya beli.

Mengapa dompet digital bisa mendorong perilaku konsumtif? Persaingan pasar antara perusahaan e-wallet ini membuat mereka menerapkan berbagai strategi berupa cashback hingga diskon besar-besaran. Dikarenakan promosi yang menarik masyarakat tergoda untuk mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang berupa barang atau jasa, padahal sebetulnya tidak dibutuhkan atau dengan kata lain uang masih bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak. Kebiasaan perilaku konsumtif masyarakat inilah yang membawa sisi buruk dari penggunaan dompet digital.

Disisi lain, perilaku konsumtif tidak selalu buruk. Peningkatan jumlah konsumsi bisa menumbuhkan ekonomi negara, hal ini dikarenakan adanya peningkatan permintaan barang atau jasa dan tentunya mendorong proses produksi yang mampu membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat. Namun, perilaku konsumtif yang berlebihan juga bisa menyebabkan gangguan mental, berdampak buruk pada lingkungan hingga dapat menjebak seorang individu ke dalam utang yang berlebihan. Berutang sendiri sebenarnya juga tidak selamanya berdampak buruk. Selama utang tersebut digunakan lebih produktif misalnya membeli barang yang nilainya akan meningkat bukan utang konsumtif atau membeli barang yang nilainya akan menyusut di masa mendatang. namun harus diimbangi dengan kebijaksanaan dalam pemanfaatannya. Generasi muda harus menjadi generasi yang cerdas dan belajar dari kesalahan-kesalahan generasi sebelumnya agar dapat hidup sejahtera hingga tua.

Penggunaan dompet digital terhadap perilaku konsumtif jika ditelusuri lebih jauh dapat dikaitkan dengan teori evolusi sosial Herbert Spencer. Teori evolusi sendiri merupakan penjelasan mengenai evolusi yang berkembang terhadap makhluk hidup secara lambat dari tingkatan bentuk yang sangat sederhana menuju ke arah tingkatan yang lebih kompleks. Proses evolusi tersebut akan dialami oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali dengan intensitas kecepatan yang berbeda-beda di setiap tingkatannya. Hal itu bergantung dengan bagian masyarakat atau sub-sub kebudayaan karena mengalami proses evolusi yang melalui tingkat yang berbeda-beda.

Penerapan teori evolusi terhadap implementasi kasus dompet digital terhadap perilaku konsumtif generasi z sangat memiliki kaitan dimana teknologi finansial (fintech) yang menjamur sekarang ini merupakan produk dari hasil evolusi. Pada permulaan zaman, manusia masih menerapkan konsep yang amat sederhana dalam bertransaksi, yaitu menggunakan sistem barter. Barter merupakan kegiatan tukar menukar barang yang terjadi antara dua pihak dengan pertimbangan komposisi keperluan yang seimbang dan tanpa perantara alat tukar, yakni uang. Dari sana, sistem transaksi yang dilakukan masyarakat kian mengalami peningkatan seiring dengan kemajuan teknologi yang menyebabkan peradaban manusia semakin modern. Kondisi ini dikarenakan sifat dasar manusia yang selalu ingin meningkatkan kemampuannya untuk memudahkan setiap kegiatannya. Segala jenis alat yang berpotensi untuk mencapai efisiensi dicoba dan digunakan, berbagai percobaan dilakukan agar dapat menghasilkan jumlah efisiensi yang semakin besar dengan tenaga seminimal mungkin. Teknologi menjadi pilar penting dalam kemajuan sistem transaksi manusia, dari sistem barter tadi terus mengalami peningkatan ke arah pembayaran yang semakin mudah dilakukan tanpa harus bertatap muka secara langsung yang otomatis menggeser peranan uang tunai karena pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun