Achmad Soebardjo, salah satu tokoh yang kerap jarang tersorot oleh masyarakat Indonesia, ia merupakan salah satu tokoh yang mempunyai peran penting dalam sejarah Indonesia, salah satunya peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Achmad Soebardjo juga merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh, itulah yang menjadikannya terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Achmad Soebardjo, tokoh yang memiliki kontribusi dalam Sejarah berdirinya Republik Indonesia, khususnya dalam perannya sebagai anggota Panitia Sembilan,
Panitia Sembilan sendiri dibentuk pada 1 Juni 1945 oleh BPUPKI, yang bertugas untuk menyusun rumusan dasar negara. Panitia Sembilan ini  terdiri dari tokoh-tokoh dengan latar belakang dan pandangan ideologis yang beragam,mencerminkan keberagaman pandangan ideologis Masyarakat Indonesia saat itu, dalam keberagaman tersebut muncul sebuah tantangan, yaitu bagaimana cara menyatukan perbedaan pemikiran dan kepentingan menjadi sebuah kesepakatan bersama yang dapat diterima oleh semua pihak untuk dasar negara yang akan berdiri. Disinilah titik peran penting Achmad Soebardjo.
Lahir di Karawang pada 23 Maret 1896, ia bukan hanya dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan, namun ia  juga dikenal sebagai seorang diplomat cerdas yang dikenal tenang,rasional serta memiliki cara pandang yang panjang. Pendidikan hukum yang ditempuhnya serta keterlibatannya dalam organisasi Perhimpunan Indonesia membentuknya menjadi seorang  pemimpin yang mampu menjembatani perbedaan dan suasana yang konstruktif di tengah perdebatan yang memanas.
Ketika perdebatan tentang isi sila pertama Piagam Jakarta mulai memanas, ia mampu menjadi tokoh penyeimbang, ia tidak terbawa emosi namun justru mendorong terjadinya diskusi yang sehat antara kedua belah pihak. Di saat banyak tokoh yang tetap bersikeras  mempertahankan rumusan awal sila pertama dalam Piagam Jakarta tersebut, ia termasuk salah satu tokoh yang menyadari bahwa mempertahankan persatuan nasional jauh lebih penting dibandingkan hanya memenangkan satu kepentingan tertentu. Ia percaya bahwa dasar negara indonesia harus bersifat inklusif dan terbuka untuk semua golongan, tanpa condong pada identitas agama manapun.
Achmad Soebardjo tidak hanya sekedar berperan menjadi penengah dalam perdebatan, tetapi ia juga aktif menyumbangkan pemikirannya dalam penyusunan isi dari Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945. Perannya tidak berhenti sampai disitu, ia juga menjadi saksi sekaligus pelaku peran penting dalam berbagai peristiwa menjelang proklamasi, termasuk dalam negosiasi dengan pihak militer jepang. Ia juga turut andil dalam meredam ketegangan antara golongan muda dan golongan tua pada peristiwa Rengasdengklok  yang menjadi salah satu titik penting menuju proklamasi.
Setelah proklamasi kemerdekaan diresmikan pada 17 Agustus 1945, ia dipercaya untuk menduduki posisi  sebagai Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia. Penunjukan ini tentu bukan tanpa alasan, kecakapan diplomatik yang dimilikinya sangat dibutuhkan oleh negara baru yang sedang mencari pengakuan di mata dunia, ia juga mewakili wajah Indonesia di kaca internasional, menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya negara yang lahir dari kekacauan, melainkan sebuah negara yang dibentuk melalui proses intelektual, perdebatan yang matang, serta kopromi polotik yang matang.
Dalam sejarah Panitia Sembilan dan masa-masa awal kemerdekaan, ia telah membuktikan bahwa kemerdekaan tidak hanya dapat dimenangkan dengan perang saja, tetapi juga melalui kebijakan yang bijak dan kemampuan berdiplomasi, serta kemampuan menyatukan perbedaan kepentingan yang ada. Ia merupakan sebuah contoh nyata bahwa menjadi seorang pemimpin tidak harus berteriak paling keras,  namun cukup  menjadi pendengar yang baik,pemikir yang jernih, serta menjadi penghubung yang kuat antar sebuah kepentingan.
Achmad Soebardjo tidak hanya nama dalam buku Sejarah, tetapi juga merupakan sebuah simbol dari ketenangan, kebijakan, dan juga kedewasaan dalam perjuangan. Perannya dalam Panitia Sembilan dan di masa awal kemerdekaan adalah warisan berharga bagi bangsa ini, bahwa dalam setiap perbedaan selalu ada jalan untuk persatuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI