Mohon tunggu...
M NAUFALFADHILAH
M NAUFALFADHILAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - BISMILLAH

MAHASISWA PERTANIAN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Menghemat Air dalam Budidaya Ikan Lele Menggunakan Sistem Budidaya Bioflok

26 Juni 2021   19:40 Diperbarui: 26 Juni 2021   19:51 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Belakangan ini beredar berita mengenai banyaknya kesalahan dari para pembudidaya ikan yang menyebabkan kurangnya kualitas ikan yang dijual di pasar tradisional. Yang menyebabkan konsumen tidak mendapatkan khasiat protein yang utuh dari ikan . Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dalam menangani permasalahan yang terjadi dari  pembudidaya ikan pada masa sekarang ini. Adapun  cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah, salah satunya dengan memperbaiki kualitas airnya dan dibantu juga dengan pakan yang kaya akan nutrisi.

Jadi, salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air adalah dengan menerapkan sistem bioflok pada kolam budidaya. Mungkin disini masih banyak yang belum terlalu familiar dengan nama "Bioflok", ataupun disini masih banyak yang belum terlalu paham dengan sistem-sistem dalam dunia perikanan. Disini saya akan memberitahu kepada para pembaca tentang "apa itu sistem bioflok dan kenapa sih kita harus menggunakannya".

Menurut beberapa literatur dan jurnal yang sudah saya baca, Bioflok adalah suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang akan berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan--gumpalan kecil yang bermanfaat sebagai pakan alami ikan. Dengan menggunakan metode ini kita bisa mengurangi pemberian pakan buatan, karena hal tersebut telah dibarengi dengan pakan alami. Bioflok sendiri menggunakan kolam kecil sehingga kita dapat dengan mudah membersihkan kolam karena kolamnya kecil .

Prinsip dasar pada sistem bioflok ini adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang di dalamnya. Apa sajakah senyawa-senyawa tersebut? senyawa yang dikatakan diatas terdiri dari senyawa karbon (C), Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N) yang nantinya akan menjadi massa slugde berbentuk bioflok dengan cara memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan/flok yang mengubah biopolymer sebagai bioflok.

Setelah kita membahas tentang bioflok, apakah kalian tahu bahwa bioflok itu terdiri dari 2 kata yaitu bio yang berarti kehidupan dan floc yang berarti gumpalan, jadi berdasarkan arti diatas bioflok dapat diartikan sebagai bahan organik yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan-gumpalan bahan organik tersebut yang nantinya akan menjadi pakan komoditi untuk ikan yang dibudidayakan. Dengan pertumbuhan mikroorganisme ini, limbah budidaya akan menjadi lebih ramah lingkungan dan dapat dijadikan makanan untuk ikan. Dalam penerapannya dalam budidaya, teknologi bioflok memanfaatkan nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik yang tidak beracun. Nitrogen  yang sudah diubah ini dapat digunakan untuk pakan ikan, sehingga lebih menghemat biaya kita dalam proses budidaya.

Mikroorganisme  yang telah di tumbuhkan pada sistem bioflok ini haruslah yang bersifat non-pathogen dan memiliki kemampuan mensintesis Poli Hidroksi Alkanoat (PHA), yaitu memproduksi enzim dan mampu menetralkan racun yang ada. Penumbuhan mikroorganisme itu sendiri dapat dilakukan dengan pemberian probiotik pada kolam budidaya serta memasang aerator untuk memberikan oksigen dan sebagai alat pengaduk .

Pada sistem bioflok ini kita tidak harus repot mengganti air untuk menghindari keracunan seperti pada sistem budidaya konvensional. Hal tersebut dapat terjadi karena sistem bioflok akan mengubah bakteri di dalam air menjadi nutrisi yang baik bagi ikan yang sedang dibudidaya sehingga akan sangat jarang untuk melakukan pergantian air. Selain menghemat air, pada sistem bioflok juga menghemat pakan dikarenakan bakteri yang ada didalam air akan menjadi gumpalan-gumpalan yang berfungsi sebagai bahan pakan ikan, sehingga keuntungan yang didapat akan lebih maksimal. Sistem budidaya bioflok juga dapat menghemat lahan, karena sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas. Umumnya kolam dengan sistem bioflok menggunakan kolam terpal sebagai wadah budidayanya.

Dari banyaknya keunggulan pada sistem ini, ternyata terdapat beberapa kekurangan dari sistem ini. Salah satu kekurangannya adalah mengandalkan limbah maka perlu control air setiap hari agar mikroorganisme yang hidup di air tidak menjadi parasit untuk para ikan. Serta kita juga harus selalu memastikan apakah aerator tetap hidup agar perputaran pada siklus air tetap berjalan dengan lancar sehingga oksigen dan air tetap dalam keadaan stabil. Kekurangan yang saya sebutkan diatas jangan dijadikan sebagai sebuah halangan dalam kegiatan budidaya ikan, jadikanlah kekurangannya tersebut menjadi sebuah pengetahuan dan sebisa mungkin untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi.

Sudah banyak juga para pembudidaya di Indonesia telah berhasil, sukses dan mendapatkan keuntungan dari sistem bioflok ini. Salah satunya adalah pembudidaya ikan lele dari daerah muara batu,aceh utara,lhoksemawe. Beliau mengatakan bahwa selama proses budidaya, beliau dapat menghemat biaya pakan dan membantu mengefisiensikan biaya tersebut untuk ke kebutuhan yang lain. Metode ini juga tidak akan memerlukan lahan yang sangat luas seperti yang sudah beliau buktikan sehingga sistem kerjanya akan lebih terkontrol. Sistem bioflok juga tidak sulit untuk di aplikasikan dalam kegiatan budidaya ikan buat kalian yang masih awam.

Selain mikroorganisme, dalam proses budidaya dengan sistem bioflok yang harus diperhatikan adalah proses fermentasi.karena  memperhatikan proses fermentasi ini penting , proses fermentasi merupakan bagian terpenting bagi mikroorganisme . Kita ambil contoh proses fermentasi yang telah dilakukan oleh pembudidaya lele asal aceh yang sudah kita bahas sebelumnya, disini akan didiamkan selama lima hari dengan bahan-bahan yang terdiri dari air kelapa, gula merah, nenas, probiotik, molase, tempe, ragi, yakult, dan tepung, lalu bahan tersebut akan dicampurkan dan diblender dan akan di fermentasi selama lima hari. Lalu pada media flok yang sudah terbentuk dalam beberapa hari akan dicampur dengan dedak dan di masukkan ke dalam kolam yang sudah kalian sediakan, dan akan difermentasi selama lima belas hari. Dalam proses ini media bioflok yang mengandung probiotik akan terbentuk flok-flok yang dapat berfungsi sebagai pakan pada ikan nantinya.


Kesimpulan dari budidaya ikan lele yang menggunakan sistem bioflok yang dilakukan oleh salah satu pembudidaya ikan lele yang berada di muara baru, aceh utara adalah dapat memberikan keuntungan yang lebih banyak dan dapat dilihat dari kapasitas tebar bibit ikan lele yang lebih banyak 20 kali dari sistem budidaya konvensional, dengan kematian yang cukup kecil sebesar 18,75% dan ikan yang dihasilkan juga akan lebih sehat dan baik dalam penyerapan nutrisi sebesar 25% dari metode konvensial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun