Mohon tunggu...
Nathanael Ricardo Diaz
Nathanael Ricardo Diaz Mohon Tunggu... Jurnalis - Feature Writer, Social Dynamic Enthusiast

Seorang manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kehidupan. Mari terhubung melalui Instagram: nathanaelricardoo | Facebook: Nathanael Ricardo Diaz | E-mail: ardodiaz123@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Milenial Egois, Narsistik, dan Bingung, Benarkah Demikian?

18 Januari 2020   12:52 Diperbarui: 19 Januari 2020   00:34 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber: pexels.com

Isu mengenai milenial ini sebenarnya sudah cukup lama diperbincangkan dan terlihat outdated jika ingin diangkat kembali. Namun, perdebatan di antara para peneliti dan pengamat masih tidak berhenti sampai saat ini.

Mau tidak mau, generasi milenial akan menjadi pioneer bagi bangsa dalam beberapa tahun yang akan datang. Sayangnya, generasi ini juga muncul di saat transisi teknologi berkembang dengan pesat. Beberapa hasil manusia generasi Y ini menimbulkan kebingungan yang cukup kompleks.

Beberapa berpendapat generasi milennial identik dengan egoisme, sampai dijuluki memiliki gangguan kepribadian narsistik. Pernyataan gamblang ini muncul pada Majalah Time pada tahun 2013 yang ditulis oleh Joel Stein, seorang jurnalis Amerika pada majalah Time waktu itu. Joel menyinggung generasi millennial dengan sebutan Me Generation. Pernyataan tersebut memukau kontroversi dan menarik perhatian platform media lain. 

Akan tetapi, tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa generasi milennial memberikan impresi baik pada sebagian orang. Beberapa diantaranya juga secara gamblang menentang pernyataan yang dicetus oleh kolumnis majalah Time tersebut.

Anda mungkin juga sering atau mempunyai pandangan tersendiri terhadap generasi yang katanya merupakan generasi emas ini. Saya rasa keadaan di lapangan (industri dan lainnya) cukup menggambarkan kondisi yang sekarang terjadi.

Jika ditanyakan kebenarannya, saya sebagai seorang milennial tidak dapat memberikan kepastian tentang stereotip tersebut benar atau tidak. Namun saya tidak bosan mengulang, merepetisi, mengingatkan Anda bahwa setiap permasalahan yang timbul itu dapat dibedah, ditelusuri dan diperintil secara detil sedemikian rupa sehingga timbul akar permasalahan serta solusi (jika ada) untuk merubah hal tersebut.

Mari kita telusuri beberapa penyebab yang perlu diketahui:

Pola asuh sejak dini mempengaruhi kebiasaan 

Pola asuh sebuah keluarga menjadi salah satu faktor terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang, begitu juga karakteristik generasi milenial. Jikalau ada pola abuse secara verbal dan non-verbal, maka hasil tersebut akan membuahkan sebuah identitas yang semu-semu. 

Alissa Hutbocks, seorang psikolog anak di University Hospitals in Cleveland, mengatakan: most damaging time" is during pregnancy and the first three years of life, when development "takes the biggest hit at the brain level." 

Dengan kata lain, perlakuan anak di usia dini akan mempengaruhi perkembangan karakter sang anak pada jangka waktu yang cukup panjang. Jadi gambaran refleksi seseorang yang mungkin Anda temui pada diri Anda sekarang ataupun orang lain kecenderungannya terpancar dari pola asuh sang orang tua. 

Saya tidak akan menggali terlalu dalam konteks ini karena ini merupakan bagian kecil dari permasalahan kompleks yang menciptakan dilema di generasi millenial. Namun saya ingin mengatakan bahwa pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adanya dilema generasi millenial sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun