Perubahan zaman tidak bisa dihindari.
Teknologi berkembang begitu cepat, budaya global mengalir tapa batas, dan informasi mengalir deras ke layar genggaman kita hanya dalam hitungan detik. Di tengah situasi ini, umat Islam-khususnya generasi muda-dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan: bagaimana tetap menjaga nilai-nilai
Islam dan membangun karakter yang kuat tapa tergerus arus perubahan zaman.
Perubahan bukan musuh. Justru perubahan adalah keniscayaan yang sudah Allah firmankan dalam Al-Qur'an, bahwa segala sesuatu di dunia ini terus berubah, berganti siang dan malam, naik dan turn, datang dan pergi. Yang menjadi pertanyaan mendesak adalah:
apakah etika seorang Muslim mash punya tempat di tengah dunia yang berubah begitu cepat dan penuh tekanan?Â
Jawabannya: iya, dan justru semakin penting.
Etika: Wajah Nyata dari Keislaman
Sering kali, orang memandang Islam semata sebagai kumpulan aturan ibadah-sholat, puasa, zakat, haji.
Padahal, inti dari semua ibadah tersebut adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia dan beretika baik.
Rasulullah SAW tidak datang untuk mengajarkan ritual kosong. Dalam hadits disebutkan, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa etika adalah inti dari kehadiran Islam itu sendiri.
Dalam konteks hari ini, etika bukan hanya berlaku di dunia nyata, tapi juga di dunia digital. Bagaimana seorang
Muslim bersikap di media sosial, membalas komentar, menyebarkan informasi, atau menyikapi perbedaan pandangan-semuanya mencerminkan kualitas etikanya.
Ironisnya, kita kerap menjumpai orang yang fasih beragama namun mudah mencaci, mudah tersinggung, atau justru ikut menyebarkan berita palsu. Ini bukan masalah pengetahuan, tapi masalah karakter. Dan etika adalah fondasi dari karakter itu sendiri.
Menjadi Muslim di Era Digital: Adaptif
Tapi Tetap Berprinsip
Meniadi Muslim di era kontemporer berarti menjadi pribadi yang adaptif namun tidak kehilangan prinsip.
Seorang Muslim bisa akrab dengan teknologi, aktif di media sosial, bahkan berkarier di bidang kreatif atau startup
-selama ia tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dalam bersikap dan berperilaku.
Adaptif bukan berarti longgar. Islam justru sangat relevan dengan kehidupan modern karena nilai-nilainya bersifat universal dan abadi, seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, kesabaran, dan keadilan.