Mohon tunggu...
Natanael Albertus
Natanael Albertus Mohon Tunggu... Guru - Saya penghobby menulis karya fiksi dan non fiksi.

Saya hanya orang biasa yang hobby menulis dan mengamati dunia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Benarkah Bahasa Indonesia sudah Memenuhi Syarat sebagai Bahasa Pengantar di Asia Tenggara?

22 Februari 2020   12:27 Diperbarui: 22 Februari 2020   12:26 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dadang Sunendar (Foto: edukasi.kompas.com, 22/02/2020)

Menjawab pertanyaan pada judul di atas mengenai Bahasa Indonesia yang sudah memenuhi bahasa pengantar di Asia Tenggara perlu pengkajian lebih mendalam. 

Menurut Dadang Sunendar, Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengembangan dan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa Kenedikbud) dalam lansiran edukasi.kompas.com (22/02/2020) mengatakan bahwa Bahasa Indonesia sudah memenuhi sebagian besar persyaratan untuk menjadi bahasa pengantar di Asia Tenggara. 

Gagasan ini sebelumnya dilontakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Beliau ingin bahasa Indonesia punya tempat bahkan bisa menjadi bahasa pengantar di Asia Tenggara.

Pertimbangan yang diambil ialah karena banyaknya penutur Bahasa Indonesia dan kemudahan mempelajarinya.  Menurut Dadang, penutur Bahasa Indonesia sudah banyak yakni melebihi 300 juta penutur. Penutur Bahasa Indonesia tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga di negara lain dengan dialek berbeda. 

Faktor kemudahan dipelajari oleh orang asing juga sebagai faktor utama dalam pemilihan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara. Namun, ada beberapa kendala agar bisa teratasi secara cepat.

Pertama, kurangnya rasa bangga. Sikap sebagian masyarakat Indonesia yang belum bangga menggunakan Bahasa Indonesia menjadi masalah yang perlu dipikirkan oleh para guru bahasa dan juga pemerintah. Hal tersebut dibuktikan dengan bahasa campur-campur yakni bahasa yang tercampur dengan bahasa asing. 

Penulis setuju dengan pendapat Bapak Dadang bahwa Kurangnya rasa bangga, belum menghormati, dan masih menganggap fungsi bahasa Indonesia hanya sebagai alat komunikasi. Padahal hal tersebut tidak benar. Coba kita perhatikan murid-murid atau para remaja kita yang lebih suka mengatakan kata 'driver' daripada 'supir'.  Sehingga, kata 'driver' terkesan lebih mulia daripada kata 'supir'. 

Masyarakat Indonesia harus disadarkan bahwa Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, pemersatu dan perekat utama bangsa, dan alat komunikasi hubungan pusat dan daerah. 

Kita harus meniru bangsa Jerman, Jepang, Rusia, atau China yang sangat bangga menggunakan bahasa mereka. Jangan sampai di negara sendiri kita dijajah oleh bahasa negara lain. 

Jika banyak kalangan beranggapan mempelajari bahasa Inggris agar bisa memenangkan dunia perdagangan, bagaiman dengan negara Jerman, Jepang, China, Rusia, Belanda yang bangsanya selalu memakai bahasa negara mereka sendiri. Bukan bahasa lain. Kita harus belajar dari rasa nasionalisme mereka.

Referensi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun