Dalam laman theguardian.com (25.11.2019) dijelaskan, film 1917 ditulis oleh Krysty Wilson-Cairms, sebuah drama perang dunia pertama front Barat dan perjalanan mengerikan yang dilakukan oleh dua anak laki-laki. Mereka harus melewati layaknya kereta hantu ke rumah horor pada siang hari.
Film 1917 direkam oleh sinematografer Roger Deakins. Deakins cukup bagus dalam menyuting setiap adegan. Dia ikut menyelinap masuk, disaat gelap atau ledakan.
Film 1917 adalah cerita dari pengalaman Mendes. Ia menunjukkan kepada kita tentang sesuatu yang dilihat dan dialami para prajurit pada saat perang dunia pertama. Sorotan kamera yang sangat detail memperlihatkan bagaimana penembaraan yang melelahan, misalnya saat menyusuri parit-parit pertahanan.
Situasi perang yang mengerikan ditampilkan di film teresbut. Terlihat mayat-mayat bergelimpangan yang dilewati para prajurit. Hal ini bisa menginspirasi para sutradara Indonesia untuk dapat membuat film dengan setting perang yang sama. Ingat saat film Cut Nyak Dien yang mendapat penghargaan kelas dunia.
Efek teater diciptakan dengan teknik pengambilan tunggal yang cukup artistik dan mengagumkan. Teknik pengambilan yang menciptakan efek teater. Pengambilan memperlihatkan dua orang prajurit yang bergerak melewati ruangan tak terputus.
Dalam film tersebut diperlihatkan pengalaman yang aneh dan misterius oleh para prajurit. Pengalaman yang mengejutkan, namun menyedihkan. Labih bisa dikatakan tragis.
1917 adalah pengalaman pribadi Mendes yang ambisius dan penuh gairah dengan pembuatan film yang berani dan menegangkan.
1917 dirilis di Amerika Serikat pada 25 Desember, di Australia pada 7 Januari 2020 dan di Inggris pada 10 Januari 2020.
