Mohon tunggu...
Natalia Chiquita
Natalia Chiquita Mohon Tunggu... Administrasi - Student

Be Good, Do Good.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tak Hanya Penting bagi Kelangsungan Suatu Hubungan, Ini Dia Pentingnya Komunikasi bagi Keselamatan Kerja

18 November 2019   09:11 Diperbarui: 18 November 2019   09:20 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Komunikasi adalah aktivitas yang sangat melekat dalam kehidupan setiap manusia, baik dalam kehidupan berorganisasi maupun kehidupan sosial. Tidak adanya komunikasi dikhawatirkan dapat menimbulkan adanya kesalahpahaman, dan tak dapat dipungkiri hal tersebut memungkinkan terjadinya konflik antarindividu.

Seperti halnya sebuah hubungan yang membutuhkan komunikasi, dalam bekerja pun peran komunikasi sangat krusial. Segala sesuatu perlu dikomunikasikan dengan baik agar setiap pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan prosedur. Prosedur kerja berisi langkah-langkah dan cara dalam melakukan pekerjaan tersebut, jika tidak dipatuhi maka akan berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pegawainya.

Menurut data yang dilansir dari International Labour Organization pada tahun 2013, setiap 15 detik terdapat 1 pekerja yang terenggut jiwanya saat bekerja dan 160 pekerja yang mengalami sakit akibat kerja. Di Indonesia sendiri, BPJS Ketenagakerjaan mencatat bahwa sepanjang tahun 2018 terdapat 171.105 kasus kecelakaan kerja.

Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan, Krishna Syarif, mengungkapkan setiap tahunnya rata-rata BPJSTK melayani 130 ribu kasus kecelakaan kerja dari kasus ringan sampai dengan kasus-kasus yang berdampak fatal. Angka yang tidak kecil ini tentunya sangat meresahkan, bahkan tak jarang kecelakaan tersebut disebabkan oleh tidakan yang sepele. Salah satu tindakan sepele yang berakibat fatal adalah kasus kematian Pak Wawan yang tak sengaja menginjak tusuk sate saat bekerja.

Sehari-harinya, Pak Wawan bekerja sebagai petugas di tempat pembuangan sampah. Saat menunaikan tugasnya, tak sengaja kaki Pak Wawan menginjak tusuk sate. Tak ada yang mengira bahwa hal tersebutlah yang mengakhiri masa hidup Pak Wawan. Semula Ia beranggapan bahwa luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya, namun sangat disayangkan takdir berkata lain. Bakteri penyebab tetanus bersarang pada tusuk sate yang tak sengaja diinjaknya. Bakteri tersebut merusak sistem saraf Pak Wawan, sehingga mengantar Pak Wawan pada kehidupan kekal.

Kejadian fatal lainnya yang juga merenggut korban jiwa adalah kecelakaan  pengguna skuter listrik (GrabWheels) pada 10 November silam. Kasus ini memang tidak berhubungan dengan dunia kerja, namun kasus ini cukup menarik untuk dibahas karena siapa yang menyangka bermain skuter malah berujung pada maut.

Berawal dari sekumpulan pemuda yang tengah asyik bermain skuter listrik (GrabWheels)  pada dini hari sekitar pukul 01.00 di area Senayan, kemudian sebuah mobil Toyota Camry ingin menyalip mini bus yang ada di depannya. Nahas, mobil tersebut menabrak pengendara skuter listrik yang mungkin sedang asyik menikmati jalanan Jakarta. Tiga orang dari enam pemuda tersebut menjadi korban, bahkan dua di antara mereka, Ammar dan Wisnu, meninggal dunia.

 Minimnya komunikasi bisa menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan yang telah disebutkan di atas. Komunikasi dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak hanya disampaikan melalui lisan, namun dapat juga berupa tulisan atau rambu (safety sign) yang dipasang di lingkungan kerja. Belajar dari kasus Pak Wawan, lingkungan kerja seperti TPS mungkin perlu memberi rambu peringatan untuk menggunakan boots saat bekerja. Selama ini rambu-rambu K3 cenderung lebih digalakkan di pabrik dan proyek pembangunan, padahal segala jenis pekerjaan sebenarnya berpotensi mendatangkan risiko. Selain itu, kepedulian antarpekerja juga perlu ditingkatkan agar saling mengingatkan dalam menggunakan atribut lengkap.

Pada kasus kecelakaan GrabWheels, salah satu aspek yang perlu ditekankan adalah penggunaan helm sebagai atribut APD (Alat Pelindung Diri) yang wajib digunakan bagi pengendara. Walau digunakan untuk "main-main", bagaimanapun skuter listrik terhitung sebagai kendaraan bermotor, apalagi dapat berlalu-lalang di jalan raya. Penggunaan helm setidaknya dapat meminimalisir cidera di bagian kepala, mengingat bagian kepala merupakan organ vital yang sangat rentan mengalami cidera.

Ke depannya, diharapkan tempat penyewaan GrabWheels memasang semacam spanduk mengenai kewajiban penggunanya untuk menggunakan helm, dan bagi yang melanggar pun perlu diberi sanksi agar lebih peduli dan waspada dengan keselamatan mereka. Tulisan atau rambu sebagai alat komunikasi memang penting untuk dipasang karena terkadang manusia perlu diberi "pengingat" secara lisan maupun tulisan di sekitar lingkungan agar tetap berhati-hati saat melakukan aktivitas keseharian maupun pekerjaannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun