Penelitian terbaru dari kanada menyimpulkan bahwa senyawa yang mencegah keringat (Antiperspirant) memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh. Keringat penting untuk sistem regulasi suhu tubuh dan pengeluaran toksin. Selain itu, penggunaan antiperspirants memungkinkan timbul bau keringat.
Perlukah menggunakan Antiperspirant? Pertanyaan ini bisa di jawab setelah membahas penelitian terbaru seperti ditulis di harian dailymail.co.uk.
George Havenith, seorang profesor psikologi lingkungan dan ergonomik di Universitas Loughborough, "Hanya satu cara bagi tubuh untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan berkeringat dan mengeluarkan energi panas dengan menguapkan keringatnya. Jika tidak berkeringat, maka suhu tubuh akan mencapai lebih dari 40C dalam waktu 30-60 menit ketika beraktivitas dan akan mengalami kelelahan bahkan stroke karena panas yang fatal." Stroke ini dapat menyebabkan otak dan organ dalam mengalami kerusakan parah karena tubuh tidak bisa melepaskan keringat melalui kulit.
Investigator dari Kanada yang dipublikasikan di the Journal of Environmental and Public Health, menyimpulkan bahwa keringat penting untuk mengeluarkan toksin. Setiap orang diketahui memiliki jumlah logam toksik yang terakumulasi di dalam tubuhnya yang terkontaminasi dari lingkungan dan makanan seperti arsenik, cadnium, timbal, dan raksa. Keempat logam berat tersebut bisa menyebabkan kanker dan berbahaya untuk sistem saraf, jantung, otak dan ginjal. Tetapi tubuh bisa mengeluarkannya melalui keringat ketika suhu tubuh panas. Berolahraga atau sauna sangat dianjurkan untuk mengeluarkan toksin ini. Penggunaan antiperspirant menyebabkan proses natural pengeluaran toksin akan terhambat dan ini akan membahayakan kesehatan.
Temuan mengejutkan dari peneliti Chris Callewaert dari Belgia, Universitas Ghent yang dipublikasikan bulan Juli, menjelaskan bahwa penggunaan antiprespirant bahkan bisa menyebabkan keringat berbau tidak enak. Keringat karena suhu tubuh meningkat diproduksi oleh kelenjar ekrin, kelenjar yang ditemukan hampir diseluruh tubuh. Sedangkan, keringat yang distimulasi oleh stres, ketakutan dan kegiatan seksual di produksi oleh kelebjar apokrin yang ditemukan di lengan, pangkal paha, bibir atas dan kulit kepala. Sekresi apokrin menghasilkan keringat yang berbau dikarenakan mengandung sekresi protein yang memiliki bau khas. Bau terjadi karena adanya bakteri yang bereaksi dengan protein menjadi molekul lebih kecil seperti asam malodorous.
Chris Callewaert dan tim melakukan penelitian skala lab yang menyimpulkan bahwa antiprespirant dapat mengubah keseimbangan bakteri di ketiak. Dia menjelaskan bahwa ada 2 jenis bakteri, bakteri baik untuk tubuh seperti staphylococci yang tidak menyebabkan bau, bakteri tipe kedua (corynebacterium) bisa mengubah keringat menjadi senyawa yang berbau menyengat.
Opini:
Poin penting dari penelitian ini adalah biarkan keringat kita untuk bekerja sebagai sistem regulasi suhu tubuh dan detoksifikasi toksin. Penggunaan terus menerus tentunya tidak disarankan penggunaan Antiperspirant ini, berilah waktu tubuh kita mengeluarkan keringat secara natural, berolahraga tanpa Antiperspirant dan bersauna adalah contohnya. Bagaimana menurut anda? masih perlukah Antiperspirant?
Grafis dan keterangan lainnya bisa dilihat dari sumbernya nasrulwathoni.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H