Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Hidup Penuh Tantangan, Gelorakan Mental Pejuang

13 Mei 2021   10:28 Diperbarui: 13 Mei 2021   10:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Iman dan takwa yang membuat Allah memberikan ilham ke dalam hati. Bila ilham sudah didapatkan apa lagi yang dicari? Ilham yang membuat semua perjalanan mudah. Bisa jadi orang lain melihat perjalanannya sangat sulit, namun yang merasakannya terasa amat mudah.

Mereka yang syahid, mungkin terlihat menyakitkan. Namun Allah, dalam sebuah hadist, membuat sakitnya menjadi ringan seperti digigit semut. Namun mereka yang mati di tempat tidurnya, dalam kemewahan dan kebesaran, bisa jadi sakitnya seperti dihujam ribuan pedang saat sakratul maut. Fokus pada perjuangan fisabilillah membuat semua sakit dan derita menjadi ringan. Yang fokus pada kenikmatan dan kesenangan, sakit sedikit, dicabut nikmat sedikit, membuat penderitaan yang mendalam.

Jiwa mujahid membuat semua liku-liku perjalanan menjadi mudah dan nikmat. Semua liku-liku menuju cita-cita tidak ada yang sulit dan menyusahkan. Jiwa fokus pada target dan hasil. Jiwa fokus pada Allah. Ini yang membuat  Siti Masyitoh dan bayinya tak merasakan ketakutan dan kengerian melihat minyak panas yang mendidih saat hendak diceburkan.

Jiwa mujahid dapat melihat yang tak terlihat. Mendapatkan kenikmatan yang tak dirasakan kecuali oleh para mujahid pula. Ketika tiga orang pemuda muslim ditawan dan disiksa oleh tentara Romawi. Beberapa orang syahid. Namun pemuda yang terakhir syahid melihat para pemuda yang syahid sebelumnya, ruhnya diiringi oleh para bidadari ke Surga. Sang pemuda yang ketiga menjadi semakin tidak takut terhadap siksaan para prajurit Romawi.

Imam Ibnu Qudamah memfatwakan jihad melawan benteng terakhir tentara Salib di Akka. Seorang wanita menghampirinya. Sang wanita menyerahkan satu pelana kuda. Hanya itu yang dimilikinya. Imam Ibnu Qudamah pun menggunakannya dalam jihad tersebut. Jiwa mujahid membangun jiwa rela berkorban, walaupun tak ada yang dimilikinya.

Jiwa mujahid selalu memandang Allah dalam seluruh pernak pernik kehidupannya. Sehingga, tak ada sesuatu pun yang bisa mengguncangkan dan menyulitkannya. Andai hidup terasa sulit, cobalah mengurai kembali  kebenaran obsesi dan jiwa mujahid kita.


Channel Youtube Dengerin Hati

Nasrulloh Baksolahar  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun