Ba'da subuh berjamaah, selama perjalanan dari masjid ke rumah muncul ide tagline bakso Netnot menjadi "Berwakaf Kedai Bakso". Seluruh laba bersih Kedai Bakso Netnot digunakan untuk infaq. Yaitu menyantuni fakir-miskin, membangun masjid-pesantren dan dana kemanusiaan. Mungkinkah?
Bakso Netnot adalah produk dan konsep kedai bakso yang akan dikembangkan oleh manajemen Baksolahar.
Umar Bin Khatab pernah resah terhadap dana santunan, dimana seluruh dananya habis. Akhirnya muncul pertanyaan bagaimana agar pokoknya tidak hilang, yang disantunkan hanya  hasil pengelolaannya saja?
Utsman bin Affan, mengajarkan banyak hal tentang air sumur yang dibeli dari orang Yahudi. Â Dibeli sumurnya, setiap orang boleh menggunakan airnya secara gratis. Sebuah kemanfaatan yang tidak pernah berhenti.
Merubah nilai investasi kedai bakso Netnot menjadi dana wakaf, ini sebuah tantangan melepaskan ego diri yang ingin serba memiliki, melepaskan kebanggaan atas banyaknya aset pribadi menjadi milik umat? Sebuah perjuangan melawan nafsu pribadi. Pantaskah mengkaui semua milik pribadi?
Apa bedanya investasi pribadi menjadi wakaf? Bukankah semua yang dimiliki akan lapuk, rusak dan musnah? Mengapa tidak dirubah menjadi harta akhirat? Dari kedai bakso Netnot  ada mimpi merubah investasi pribadi menjadi dana wakaf yang terus berkembang.
Ustadz Bachtiar Natsir pernah memberikan tantangan, bagaimana mengelola lembaga  dengan tidak mengandalkan belaskasihan manusia? Tetapi terbukanya pintu-pintu langit? Terbuka rahmat Allah? Saya akan mencobanya dengan mengembangkan kedai bakso Netnot. Merubah amal dunia menjadi akhirat. Merubah kefanaan menjadi keabadian. Merubah pundi-pundi laba menjadi pundi-pundi keberkahan. Ya, saya akan memulainya dari kedai bakso Netnot...
Sekarang tinggal, bagaimana finansial engineering untuk sebuah investasi bisnis yang dirubah menjadi wakaf? Masih harus banyak belajar?