Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Mengungkit Penghargaan!

22 Oktober 2018   13:50 Diperbarui: 11 Agustus 2020   12:24 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Freepik/yanalya)

Mengungkit sebuah jasa dan peran, wajarkah? Bagaimana karakter manusia dalam melihat sebuah jasa? Melupakan atau dilupakan, menutupi atau ditutupi. Jangan heran bila mengalami hal tersebut. Agar peran hanya totalitas pada Allah.

Agar fokus hidup hanya berbicara tentang karya bukan penghargaan dan bintang jasa. Berjasa dilupakan itu lebih baik, daripada tak berperan namun menuntun penghargaan setinggi langit. Menyembunyikan amal agar tangan kanan berbuat tetapi tangan kiri tidak pernah mengetahuinya.

Junaid Al Baghdadi pernah berkata, "Ratusan kebaikan yang dilakukan, maka yang akan selalu diingat oleh manusia adalah satu keburukan yang dilakukan." Itulah karakter manusia.

Padahal apa yang dilakukan kita justru sebaliknya, banyak keburukan yang tak terhitung, tapi hanya sedikit kebaikan yang pernah dilakukan. Jadi wajar saja bila yang dikenang tentang kita adalah keburukan?

Kebaikan kita dalam alam semesta seperti garam di samudera yang tawar. Asin menurut kita, namun bila diceburkan dalam kancah kehidupan yang luas dan mendalam, jadilah sesuatu yang tidak ada artinya atau rasanya.

Wajarlah bila banyak pahlawan yang tak dikenal. Wajarlah bila banyak pahlawan tanpa tanda jasa. Wajarlah banyak para pembaharu yang tak tercatat dalam sejarah. Bukankah para Nabi berjumlah ratusan ribu, namun yang dikenal hanya 25 Nabi dan Rasul? Apakah karyamu lebih baik dari ratusan ribu para Nabi?

Yang tak tercatat oleh sejarah lebih banyak daripada yang terabadikan. Yang dikenang akan selalu lebih sedikit, karena memori manusia memang pendek.

Ingatan manusia hanya semasa kehidupannya saja. Bahkan sudah pikun sebelum masa tuanya. Jadi mengapa harus ngoyo untuk dihargai karyanya? Padahal ingatan manusia saja bersumbu pendek?

Banyaknya yang tak terabadikan bukan berarti mereka tak berperan. Namun agar manusia sadar akan orientasi sebuah amal dan karya. Bukan untuk dicatat dan dielukan, tetapi untuk menciptakan kemanfaatan.

Kemanfaatan inilah keabadian yang selalu berlanjut tanpa disadari oleh generasi kini dan esok. Berkaryalah lalu lupakanlah. Biarkan hanya kemanfaatan karya yang menembus waktu, ruang, dan generasi.

Bila dengan karya, engkau menuntut banyak hal dari kehidupan ini, apa yang tersisa bagi akhiratmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun