Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

UAS, Sultan, NKRI dan Pemerintah yang Berpihak

20 September 2018   18:24 Diperbarui: 20 September 2018   18:31 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena persekusi yang didiamkan oleh pemerintah terhadap UAS dan aktivis #2019GantiPresiden membuahkan pergesekan yang semakin tajam. Ketika aparatur negara mulai berpihak maka disitulah ketidakadilan dan keresahan muncul. Ketentraman muncul ketika pengayomnya berada pada titik keseimbangan.

Sekarang klaim NKRI hanya milik pihak tertentu. Anggota masyarakat tidak boleh mengklaim NKRI bila berada di kubu lain. Akhirnya, hati, perasaan dan jiwa masyarakat dicap bukan berdasarkan komitmennya tetapi berada di kubu siapa. Ini bisa membahayakan negeri ini.

Penolakan warga melayu terhadap Baser sebagai perlawanan persekusi terhadap UAS sebuah fenomena yang harus dicermati oleh pemerintah. Jangan menyalahkan masyarakat, cobalah untuk mengintropeksi.

UAS sudah menjadi kebanggaan warga Melayu dan para sultan. Jangan pernah menuduh mereka anti NKRI, lihatlah bagaimana para sultan menyerahkan kedaulatannya kepada NKRI melalui Soekarno-Hatta.

Saat saya ke Kalimantan Timur, di museum kota Tenggarong, saya melihat foto bagaimana sang Sultan menyerahkan kedaulatannya kepada pemerintah pusat. Tanpa ada imbalan apa pun. Mereka rela menyerahkan kekuasaan, pemerintah dan fasilitas demi NKRI.

Saat saya ke Medan, saya ke Istana Maemun, melihat  foto bagaimana Soekarno dan Soeharto begitu menghormati sang Sultan. Sang Sultan telah menyerahkan kekuasaan, kedaulatan dan pemerintahnya kepada NKRI. Apakah sekarang pemerintah memperhatikan para sultan? Mereka telah meninggalkan istana kerajaan yang dahulu menjadi kebanggaan dan harga dirinya.

Saat saya ke Makassar melihat kesultanan Bugis, Bagaimana perjuangan para sultan mengusir penjajah? Sayang saya belum semua menelusuri peninggalan para Sultan.

Di era Soeharto, para Sultan diakomodasi pemikiran dan kontribusinya di DPR/MPR melalui fraksi utusan daerah. Mereka bisa berbicara dan berfikir tentang bangsa dan negrinya. Mungkin saat ini mereka tergerus dengan para politisi. Kecuali mereka yang tetap menekuni kiprah politiknya.

Pemerintah sebaiknya mulai harus memposisikan dirinya pada posisi yang benar. Jangan membiarkan membatalkan kegiatan sesuatu dengan alasan keresahan masyarakat. Namun saat ada pihak lain yang mengadakan acara yang sama, didiamkan dengan alasan kebebasan berbicara. Menjadi pemerintah sulit karena harus mengayomi semua berbedaan. Namun karena itulah, masyarakat rela menyerahkan pajak penghasilan untuk para aparatur pemerintahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun