Detak perjuangan para relawan Sudrajat-Syaikhu tidak pernah berhenti. Mereka tak menghiraukan hasil survei. Yang ada pada pikiran mereka hanya memenangkan pertarungan. Inilah sedikit potret perjuangan relawan Sudrajat-Syaikhu Di daerah saya.
Yang bergerak cukup variatif. Ada seorang ibu muda, yang mengerahkan jaringan ibu-ibu kader Posyandu. Luar biasanya, dia bergerak dengan dana sendiri.
Seorang ibu berusia diatas 50 tahun. Dengan dananya sendiri membeli beragam alat peraga kampanye untuk mensosialisasikan Sudrajat-Syaikhu Di RW lingkungannya.
Ada seorang Bapak yang rela membeli mainan anak, baju, mukena dan jilbab sebagai cinderamata bagi para tokoh dan calon pemilih. Semua dari kantong sendiri.
Seorang ustad pemilik pesantren, dia secara rutin mengirimkan dukungan ke Sudrajat-Syaikhu melalui beberapa komunitas melalui media sosial. Beliau tidak segan mengevaluasi kegiatan para muridnya untuk memenangkan Sudrajat-Syaikhu. Padahal sebelumnya dia sangat cuek politik.
Beberapa orang menyebar brosur Sudrajat-Syaikhu dari rumah ke rumah. Bila ada penghuninya, dijelaskan mekanisme pencoblosan. Â Bila kosong, sang relawan menaruh brosur di bawah pintu. Uniknya, semua akomodasi ditanggung oleh para relawan.
Setelah seluruh rumah sudah disosaliaasikan, sorenya mengunjungi para tokoh. Luar biasanya, para tokoh tersebut umumnya tahu Sudrajat-Syaikhu dari anaknya. Sang anak merekomendasikan untuk memilih Sudrajat-Syaikhu.
Ada relawan yang berjuang aktif dengan memberikan pelatihan bisnis bagi para pelaku usaha kecil yang tertarik untuk bergabung dalam AsyikASYIKpreneurÂ
Ada relawan yang menggunakan pengeras suara untuk mempromosikan Sudrajat-Syaikhu. Mereka menyewa mobil bak terbuka lalu berkeliling kampung  desa dan kecamatan.
Tidak hanya itu, saat mereka sedang bertamasya lebaran ada yang selalu membawa spanduk kecil Sudrajat-Syaikhu untuk diabadikan lalu di upload ke Medsos.
Begitu banyak aksi para relawan di dunia offline. Itulah cara jitu mensinergikan offline dan online.