Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Hero Sejati yang Membuat Rindu

7 November 2020   17:09 Diperbarui: 7 November 2020   17:20 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Sabine van Erp from Pixabay

Ibu saya adalah seorang ibu yang hanya berpendidikan sekolah dasar tapi beliau sangat sayang kepada anaknya. Saya masih ingat bagaimana begitu gigihnya ibu dalam mengajari saya membaca dan menulis dengan benar. Padahal, beliau tidak tamat sekolah dasar tapi beliau begitu tekun mengajari anaknya untuk bisa membaca dan menulis. Dan beliau sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, dengan cara menyekolahkan semua anaknya walaupun biaya pas-pasan.

Sedikit cerita tentang ibu saya. Beliau dilahirkan dari keluarga yang cukup yang bapaknya mempunyai tanah yang luas sehingga keluarga ibu di kampung bukan keluarga sembarang. Artinya keluarga ibu termasuk keluarga terpandang. 

Walaupun bapaknya banyak uang tapi ibu saya tidak tamat sekolah dasar karena pemikiran orang zaman dulu perempuan tidak harus belajar cukup di rumah saja. Jadi, ibu saya tidak tamat sekolah dasar. Namun, beliau mendapatkan pelajaran agama yang cukup karena di belakang rumah nenek saya adalah tempat mengaji.

 penulis saat  video call dengan ibu (dok.pribadi)
 penulis saat  video call dengan ibu (dok.pribadi)

Ibu saya adalah orang yang gigih dan pantang menyerah dalam bekerja. Maklum beliau dinikahkan dengan bapak saya yang hanya dari keluarga miskin. Tapi walau begitu orangtua saya tetap hidup rukun dan semangat bekerja berdua. Karena mungkin mereka berdua sudah saling mencintai walaupun di jodohkan.

Ibu saya ini adalah orang yang sayang kepada anak-anaknya, walaupun saya sudah besar dan berkeluarga beliau masih tanya apa ada uang untuk keluargamu. Saya yang memang seorang guru honorer dan pengabdian di daerah jauh dari rumah, tentu merasa heran ternyata ibu saya masih memikirkan anaknya yang keras kepala ini untuk jangan pergi jauh dari rumah.

Sebenarnya hati kecil saya, saya ingin sekali hidup bersama ibu. Karena bagaimanapun beliau adalah ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan saya dengan sepenuh hati. Dan ibu saya adalah manusia di muka bumi yang sangat mengerti dengan kondisi anaknya. Jadi, istri tanya kerja apa nanti jika pulang kampung? Saya bilang kerja apa saja tidak ada apa-apa yang penting halal. Karena ibu sangat berharap saya dan keluarga kecil pulang dan tinggal bersama dengan ibu.

Jadi, apapun yang terjadi. Saya wajib pulang kampung dan hidup bersama ibu. Karena hati dan kepala ini tidak pernah nyaman jika hidup jauh dengan ibu. Dan saya sudah merasakan akhir-akhir ini bahwa saya tidak enak tidur, mungkin sebab karena saya jauh dengan ibu. Oleh karena itu, mulai sekarang saya sudah komitmen untuk berada di kampung. Saya tidak mau mendengar kata-kata indah dari orang yang merayu saya untuk tetap berada di tempat sekarang. Pikir saya masa bodoh dengan tugas. Karena saya ingin hidup tenang dan di samping ibu.

Keputusan ini adalah keputusan yang berat secara lembaga tempat saya mengabdi karena saya juga seorang yang diberi amanah yang besar. Tapi saya mulai tidak tenang dengan kondisi saya sekarang sebab ibu saya terus minta saya pulang. Oleh karena itu, saya akan pulang kali ini ibu

Hal yang paling di ingat sampai sekarang tentang ibu adalah beliau sangat gigih membuat anaknya untuk tetap sukses. Saya masih teringat saat saya mau kuliah dulu. Pada saat itu saya dinyatakan lulus seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri di salah satu Universitas terkenal di Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala. Karena memang ibu tidak ada uang, maka katanya kamu kuliah tahun depan saja, dan ayah sebagai kepala keluarga berinisatif bertemu dengan kepala sekolah dan mengatakan kepada kepala sekolah saya bahwa beliau keberatan dengan kuliah saya. Dan beliau mengusulkan saya untuk di gantikan dengan siswa lain.

saat jadi mahasiswa kuliah kerja nyata di sabang (dok.Pribadi)
saat jadi mahasiswa kuliah kerja nyata di sabang (dok.Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun