Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Respek untuk Sandiaga Uno

19 April 2019   12:53 Diperbarui: 19 April 2019   12:55 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  Pizap.com

Tim BPN boleh berkilah, bahwa ketidakhadiran Sandiaga uno dalam deklarasi kemenangan sepihak Prabowo karena sakit atau ini itu, tetapi kata orang bijak, ekspresi wajah dan gestur tubuh berbicara lebih banyak dibanding kata-kata. Bahkan kata-kata lebih sering hanya menjadi topeng penutup dari kenyataan yang sebenarnya. Ketidakhadiran Sandy dalam dua deklarasi sebelumnya dan ditambah lagi dengan ekspresi wajahnya di tengah diklarasi ketiga sudah cukup menjelaskan bagaimana sikap politik serta siapa Sandiaga Uno sebenarnya.

Ya, Sandy masih manusia normal, dan waras dalam arti sehat secara ruhaniah, dalam melihat kenyataan politik yang saat ini belum berpihak kepadanya. Sandy termasuk tokoh yang percaya hasil survey, meski quick count memang bukan keputusan resmi, bukan keputusan KPU, dan bukan pula penentu pemenang kontestasi politik. Meski demikian, metode scientific tersebut sudah menjadi hal lazim digunakan manusia modern dari masa ke masa, mulai dari urusan bisnis maupun politik dengan tingkat validitas yang sangat tinggi. Survey juga menjadi acuan bagi negara-negara modern untuk melihat pihak mana yang menjadi pemenang kontestasi politik.

Memang, kemungkinan survey menghasilkan data yang salah memang selalu ada, tetapi banyaknya lembaga survey yang melakukan riset secara mandiri menjadikan deviasi abnormal dari hasil kerja lembaga survey kecil kemungkinan terjadi. Jelasnya, dalam mata kuliah statistik di semester II jenjang S1, bila setiap lembaga survey menunjukkan hasil yang berbeda jauh, jelas memperlihatkan ada yang salah, tetapi tidak demikian halnya bila banyak hasil survey menunjukkan hasil sama atau hampir sama.

Klaim para pendukung kubu 02 yang menilai lembaga survey sebagai institusi bayaran yang berpretensi membangun opini dan memenangkan kubu Jokowi tidak memiliki pembenar yang dapat dipertanggung jawabkan, dan tidak lebih dari alibi menutupi kebenaran. Bahkan hasil Pilkada DKI yang diklaim tidak sesuai dengan hasil survey hanya memperlihatkan sebuah framming, untuk tidak menyebut hoax, yang sengaja dibangun untuk meyakinkan pendukungnya bahwa hasil kerja lembaga survey tidak selalu dapat dipercaya. Faktanya, hasil survey saat Pilkada DKI jelas menunjukkan kemenangan Anies-Sandy. Bahkan Ahok dan Jarot langsung mengakui kekalahan sesaat setelah hasil survey diumumkan. 

Sandy tentu paham atas ini semua, dan sebagai politisi baru tentu sulit baginya bersandiwara, menyebut kekalahan sebagai kemenangan. Ekspresi wajah dan gestur tubuh Sandy di tengah deklarasi ketiga memperlihatkan nuraninya masih cukup bersih untuk mempolitisir kegagalan dan memanipulasinya menjadi seolah sebuah kemenangan.  

Sikap Sandiaga Uno mengingatkan kita pada sosok Hatta Rajasa yang juga menjadi cawapres Prabowo pada pilpres 2014, yang tidak lagi memaksakan kehendak di tengah realitas politik yang tidak berpihak kepadanya. Sandi dan Hatta telah menunjukkan kualitas seorang negarawan yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, seorang demokrat sejati yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, sehingga tidak memperkeruh suasana dengan membuat klaim kemenangan sepihak.

Memproklamirkan kemenangan sebelum pengumuman KPU, apalagi data-data lembaga survey resmi jelas memperlihatkan rendahnya kualitas kenegarawanan seorang calon pemimpin bangsa, dan sikap Sandy sebagaimana Hatta, memperlihatkan sikap ksatria yang bisa mengakui kekalahan, tanpa banyak ulah dan manuver demi mengaburkan kebenaran. Sikap Sandy jauh lebih ksatria melebihi seorang bekas tentara.

Sandy sebagai mana Hatta, mengingatkan kita semua pada hakekat pilpres dan pemilu, yang bukan merupakan wahana individu atau kelompok untuk mengokohkan kekuasaan, melainkan  sebagai wahana politik untuk menjaring aspirasi politik masyarakat, yang menentukan siapa yang terpercaya untuk menjadi wakilnya di parlemen dan siapa yang layak menjadi pemimpinannya. Pemilu dan pilpres kali ini adalah untuk rakyat, untuk masa depan negeri ini, bukan untuk manusia yang penuh ambisi.

Pasti banyak energi pikiran, perasaan bahkan materi yang telah dikorbankan Sandiaga Uno yang secara maraton terlibat dalam gelaran Pilkada sampai Pilpres kali ini. Meski demikian, hal itu tidak membuatnya kehilangan nurani dan akal sehatnya dan tidak menjadinya mencari alasan untuk memaksakan kehendak di luar koridor konstitusi dan moral.

Salut, respek, dan bravo bang Sandy.....!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun