Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku, Istriku dan Tere Liye

20 November 2016   10:01 Diperbarui: 20 November 2016   10:23 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya penasaran dengan sosok Tere Liye. Saya searching siapa sebenarnya orang  itu. Sebab, sepertinya istri saya sering memposting penggalan-penggalan kalimat dari Tere Liye ini untuk menyindir dirinya, orang lain, dan mungkin saya-suaminya. Bukan cuma istri saya,  tapi banyak juga istri-istri dan pacar-pacar orang lain yang melakukan itu-hahaha kena semuaaaa...

Tidak sulit mencari tahu siapa Tere Liye di mbah Google. Banyak biografi  Tere Liye di Chrome. Menarik saya menulis artikel ini karena kata-kata Tere Liye ini banyak dipakai untuk-oke saya akui-senjata. Ya, sejak Nabi Adam-Hawa turun ke bumi, kata-kata adalah senjata. Senjata bisa untuk membunuh orang lain dan membunuh diri sendiri. Tulisan ini adalah aksi damai menolak pembunuhan besar-besaran.

Penulis Novel Fiksi

Ternyata eh ternyata...

Tere Liye adalah nama pena. Nama sebenarnya si penulis adalah Darwis, anak petani dari pedalaman Sumatera. Sama seperti saya yang punya nama pena Nara, seorang petani Madura (bukan anak petani). Bedanya, Darwis ini penulis novel fiksi, sedangkan saya pernah menjadi penulis reportase yang berbasis fakta dan kejadian-wartawan-redaktur media massa Grup Jawa Pos.

Darwis sudah menulis  sedikitnya 14 novel fiksi soal kehidupan, persahabatan, dan keluarga. Usianya baru 36 tahun. Darwis pernah dikritik habis-habisan nitizen karena menulis novel sejarah. Ya begitulah memang ketika penulis fiksi hendak menulis novel sejarah yang seharusnya didahului membaca literatur dan observasi peristiwa kesejarahan disertai wawancara pada sumber-sumber yang dipercaya dan jelas. Dia abai, dikiranya pembaca novel sejarah tidak akan protes seperti pembaca novel fiksi karangannya. Darwis melawan kritik itu dengan cara Darwis-bukan Tere Liye yang selalu bijak. Searching sendiri kalau tidak percaya.

Saya lalu melihat-lihat meme-meme dan kata-kata bijak Darwis dengan nama penanya yang bertebaran di Google. Sampai pada saya menemukan kata bijak ini: cinta adalah perbuatan, sedangkan kata-kata adalah omong kosong. JREENG... Tere Liye. Saya hampir tidak jadi menulis karena tulisan ini bisa dianggap omong kosong sejak paragraf pertama. Tere Liye, kau ini bagaimana? Kata-kata kau bilang omong kosong, tapi kau berbijak melalui kata-kata... De’remmah bro!

Eksploitasi Perempuan sebagai Korban

Tere Liye itu laki-laki-sudah tahu kan Darwis namanya. Bahwa dia kemudian banyak membuat kata bijak yang sangat cocok untuk perempuan, ibu-ibu, dan anak sekolah/kuliah yang baru diputus pacarnya- itu karena novelnya yang fiksi beberapa memang mengisahkan kehidupan keluarga. Dalam novel keluarga itu pihak yang dieksploitasi menjadi korban adalah sosok perempuan.

Sebagaimana fiksi yang fiktif seperti di film-film Bollywood dan Hollywood serta sinetron atau telenovela, maka dalam novelnya terdapat tokoh protagonis - dipersonifikasikan selalu perempuan, istri, ibu, pacar perempuan- yang amat baik, sabar, tegar, dan tidak akan menjadi buas. Ada pula tokoh antagonis yang jahat, kejam, tidak sabaran, pelit, penipu, tidak suka menabung, dan suka buang sampah sembarangan, tidak akan bisa baik-selalu dipersonifikasikan pria atau suami atau pacar laki-laki atau seorang bapak.

Dalam novel yang paling paling tebalnya sekitar 500 lembar, protagonis yang sejak awal sabar dan tegar akhirnya bisa mengalahkan antagonis lalu damai. Okey, happy ending. Lalu, tidak ada kelanjutannya novel itu. Pembaca biasa akan terima-terima saja akhir novel itu tanpa penasaran akan terjadi apa lagi dalam damai itu. Tapi pembaca seperti saya tentu tidak terima, karena saya yakin antagonis yang dikalahkan akan jadi protagonis baru. Protagonis lama yang menang akan menjadi antagonis baru dan begitu seterusnya. Itulah kenapa sinetron TERSANJUNG sampai season 18, ANAK YANG TERTUKAR sampai season 8, CINTA FITRI sampai season 23. Konflik sinetron dan manusia tak ada selesai dan ujungnya selama masih ada iklan yang mensponsori, dan manusianya masih bernyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun