Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Entrepreneur Vs Religiopreneur

8 Maret 2023   06:52 Diperbarui: 8 Maret 2023   06:56 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aula Naqoy Center Indonesia menjadi saksi atas materi yang dibahas oleh Naqoy Center dalam materi terbaru yang merupakan buku terbaru yang akan dikeluarkan di akhir tahun 2023 berjudul "ReligioPreneur". Acara dihadiri oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangsel Drs.H.Warman Syanudin,M.M. Dalam sambutanya disampaikan bahwa UMKM Tangsel telah lama bekerjasama dengan NAQOY CENTER sebagai mitra edukasi dan pembekalan mental wirausaha. Dirinya menyambut dengan sangat baik inovasi dan inpirasi yang dilakukan oleh  Rumah Kesadaran Naqoy Center. Sebelum beliau acara diberikan kepada DPRD Kota Tangsel yaitu H.Matoda yang menyambut pentingnya elemen Kota Tangsel untuk menemukan makna "Religius" bersama NAQOY CENTER. Kota Tangsel sendiri memiliki "Value" yaitu CIMOR kepanjanganya adalah Cerdas, Modern dan Religius. 

Jika kita bicara tentang wirausaha, maka Indonesia akan terus tertinggal oleh jumlah Wirausaha negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore, kesadaran akan pentingnya menjadi Wirausaha masih menemukan jalan buntu dengan persepsi bahwa menjadi seorang PNS adalah pilihan terbaik salah satu alasan yang utama adalah jaminan masa pensiun bagi PNS. Dalam pandangan saya, hal yang pertama jika kita ingin menaikan jumlah Wirausaha  di negeri ini adalah harus menawarkan sebuah Grand Theory dari konsep Wirausaha itu sendiri. Misalnya adalah kata kunci "Entrepreneur" diganti menjadi "Religiopreneur". Ada perbedaan yang mendasar antara "entrepreneur" dengan "Religiopreneur", dari konsep teori besar ini akan membuat Indonesia mungkin kalah dalam jumlah "wirausaha" namun akan menang dalam jumlah "Wirausaha di atas rata-rata". 

Siapakah Religio-preneur itu?

Pernahkah kita merenung sejenak, atau pernahkah Anda datang ke sebuah Pondok Pesantren yang memiliki jumlah santri ribuan, tapi pernahkah kita bertanya dalam hati, apakah mungkin pada saat membuka pertama kali bahkan siswanya hanya 1 santri. Tanah untuk pondok juga hanya sepetak kamar kecil namun sekarang menjadi sangat besar.  Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran  Al-Ahqaf Ayat 13

 "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. 

Dari ayat ini kita bisa melihat tentang karakteristik jiwa Religiopreneur yaitu (1). Iman yang kuat dan keyakinanya mulia, (2). Tekun dan percaya diri, (3). Bebas perasaan takut yang berlebihan , (4). Bebas perasaan bersedih yang terus menerus. Keempat ini menjadi syarat penting menjadi seorang Wirausaha di atas rata-rata. Dalam surat lainya tepatnya di QS. Fussilat : 30 dimasukan kata kunci bahagia , mari kita lihat ayatnya seperti ini 

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan"

Kebahagiaan adalah hal penting bagi seorang Wirausaha di atas rata-rata, karena kebahagiaan adalah magnet rezeki , bagi "Entrepeneur" alurnya adalah "Kaya-Sukses-Bahagia", artinya bahagia itu didapatkan pada saat kita sukses, seseorang disebut sukses pada saat dirinya memiliki uang yang banyak (Financial Capital). Hal ini akan berdampak kepada keluarga dan hubungan dirinya dengan pasangan bahkan anak-anaknuya. Ketika seseorang mencapai kekayaan justru dirinya terjebak oleh sebuah pilihan hidup antara keluarga atau kekayaan, alhasil banyak orang kaya yang mengorbankan keluarganya sebagai pilihan yang menyakitkan. Sementara "Religio-preneur" memiliki alur sebagai berikut "Bahagia- Kaya-Sukses". 

Mengapa bahagia terlebih dahulu, dalam buku "unconditional Happiness, 2020" dijelaskan bahwa pada saat bahagia menjadi milik seseorang sebenarnya seperti pintu rumah yang terbuka lebar sehingga rezekinya datang dari arah yang tiada disangka-sangka. Hal ini mudah, namun mengapa banyak orang sulit menemukan kebahagiaan?, ternyata terjawab karena mereka banyak membuat syarat bahagia. Sebuah kebahagiaan ada dalam angan-angan namun ditunda sampai waktu yang tidak terukur. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun