Walaupun demikian, karya sastra tersebut tetap harus hidup mengatasi lingkungan dan zaman penulisannya.Â
Dengan demikian, pandangan-pandangan yang dianggap remeh, tidak senonoh, usang, teknik penulisan yang membosankan, dan berbagai hal yang tidak seirama dengan situasi dan fakta akan tetap melekat dan tidak terpisahkan dari tubuh karya sastra tersebut.
Pembaca yang tidak puas, yang merasa puas jika ada beberapa bagian yang dapat diubahnya, terpaksa memendam keinginannya karena ia terpaksa harus menerima si karya sastra apa adanya.Â
Oleh karena itu, mereka yang tidak puas, yang tidak dapat melakukan perubahan terhadap karya tersebut, tidak dapat berbuat apa- apa karena tidak ikut serta memeroleh hak cipta bersama penulisnya.
Dengan keterpisahan antara penulis dan penikmat karya sastra tersebut, muncullah persoalan tentang penikmatan karya sastra tersebut. Persoalan muncul dari kenyataan bahwa penikmatan tentunya akan terjadi tatkala sudah terdapat pengertian.Â
Pengertian yang akan menjadi masalah apabila perasaan yang tertuang oleh pengarang dalam tulisannya jauh berbeda atau asing bagi pembacanya.
Dengan adanya masalah dalam penikmatan karya sastra antara penulis dan penikmat sastra itu sendiri, maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi, arti, makna, serta nilai-nilai dari karya sastra tersebut.Â
Setiap orang yang berusaha memberikan jawaban, yang berarti akan menunjukkan, mencari, juga menentukan arti, makna, hakikat, serta nilai-nilai, akan memunculkan istilah kritik sastra. Kritik sastra itu sendiri dapat dikatakan sebagai penghakiman.
Walaupun demikian, dalam melakukan penghakiman, seorang kritikus sastra tidak bertindak semaunya.Â
Kritikus sastra dalam mengemukakan kritiknya akan menyampaikan kritik setelah mengalami proses penghayatan keindahan serupa dengan proses penghayatan seorang pengarang.Penghayatan keindahan seorang kritikus bermula dari pengamatan dan pencernaan jiwanya atas suatu karya.Â
Dalam penghayatan tersebut seorang kritikus juga dapat larut melalui persepsinya atas karya yang dibacanya. Walaupun persepsinya juga akan bergantung pada ketajaman daya angan-angan, penghayatan itu sepenuhnya bertaut dan tak dapat lepas dari karya faktual yang dihadapinya.