Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Explication De Texte dalam Kritik Sastra

9 Maret 2021   04:23 Diperbarui: 9 Maret 2021   04:33 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kritik sastra konon sudah diciptakan jauh sebelum orang memikirkan hakikat dan nilai-nilai beserta makna karya sastra. Sastra merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang dialami orang dalam kehidupan, apa yang direnungkan, serta segala hal yang dirasakan orang mengenai berbagai segi kehidupan. 

Hal yang paling menarik minat secara langsung, sesungguhnya adalah pengungkapan aneka pengalaman kehidupan yang dituangkan ke dalam bentuk bahasa. 

Oleh karena materi Kritik dan Esai tentang sastra terdapat dalam kurikulum 2013 kelas XII SMA, maka ringkasan sekilas ini dapat digunakan penulis sebagai bahan pembelajaran untuk materi tersebut.

Dahulu kala atau dalam periodisasi sastra Indonesia digolongkan ke dalam sastra lama, sastra lisan belum mengenal sistem huruf serta nama pengarang alias anonim tanpa nama. 

Saat itu sastra masih milik bersama. Sastra masih milik masyarakat. Sastra saat itu bukan semata merupakan peniruan, melainkan juga merupakan tanggapan terhadap lingkungan, zaman, serta sastra sebelumnya.

Oleh karena pada zaman itu sastra masih menjadi milik bersama, hal itu menyebabkan munculnya sastra dalam berbagai versi, karena masyarakat telah secara bersama-sama mengubah serta memperbaharui sastra lisan tersebut. 

Dengan demikian, pendengar pun dapat merangkap menjadi penyair, penutur, serta pembuat tanggapan. Mereka pun tidak pernah dikutuki pendengar karena dalam melakukan perubahan pun bukan atas nama pribadi.

Mereka, yang pada umumnya dikenal sebagai pawang atau pun dalang, telah melakukan perubahan yang sejalan dengan pandangan masyarakatnya. 

Mereka bersama-sama sepakat meninggalkan bagian-bagian sastra tradisional yang dirasa tidak sesuai dan menggantinya dengan hal baru yang lebih berterima. 

Ingatkah Drupadi versi Jawa yang tidak poliandri seperti sumber aslinya dari Mahabarata versi India? Itu karena adanya hasrat untuk menyesuaikan kondisi tidak umum yang terjadi di masyarakat kita, bukan?

Dalam sastra tertulis tentu berlaku hal sebaliknya karena karya sastra tidak lagi anonim. Penulis tampil bersama karya sastranya. Hasil karya sastra itu pun menemukan bentuknya yang tetap, tidak dapat diubah maupun diperbarui oleh siapapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun