Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Menghadapi Dua Hal Sulit

11 Oktober 2020   16:27 Diperbarui: 11 Oktober 2020   16:31 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan tetapi, anak-anaknya masih dalam masa memerlukan arahan yang jelas. Selain ibunya seringkali tidak tega melihatnya bersikap keras kepada cucu-cucunya, yang sering berakibat anaknya membangkang aturan ibunya, suaminya pun terkesan tidak nyaman jika ibu mertuanya tinggal bersama mereka.

Akhirnya, dengan ketegaran dan kebijakan yang dimilikinya, ia pun mengatakan tidak, walaupun setelah itu ia dihantui kecemasan. Akan tetapi, ibunya sehat-sehat saja dan baik-baik saja di rumah induknya. Ia terlihat sering bergaul dengan ibu-ibu yang senasib dengannya tanpa lagi membayangkan menua di rumah anaknya. Akhirnya, tak lama kemudian ibunya pun menikah lagi.

Contoh lainnya adalah manakala seseorang mengeluh kepada temannya tentang pilihan bepergian, ke New England atau Pennsylvania untuk menikmati pemandangan indah musim gugur? 

Ia semula marah mendengar jawaban temannya agar memilih keduanya. Akan tetapi, dengan tenang dan tersenyum temannya tersebut menunjukkan sebuah peta. Peta tersebut menunjukkan adanya kemungkinan perjalanan dari New York  City menuju New England, kemudian kembali melalui Pennsylvania. Di sepanjang perjalanan mereka dapat menikmati keindahan dedaunan musim gugur.

Sejak saat itu,si penanya membiasakan diri menggunakan frase tersebut jika sedang kebingungan memilih dua hal yang sama-sama sulit, misalnya haruskah berlibur ke desa pada akhir pekan ataukah memenuhi undangan jamuan makan pada hari Minggu di kota? 

Jika ragu namun sama-sama menarik, ia pun mencoba memutar otak untuk melakukan keduanya. Ia pun memutuskan berlibur ke desa kemudian pulang awal sehingga masih dapat memenuhi undangan jamuan makan siang harinya.

Keputusan tersebut menyiratkan saran bahwa lebih baik memutuskan mengambil kedua peluang yang ada. Keputusan mengambil keduanya daripada hanya memilih satu, namun menyesal karena kehilangan lainnya padahal keduanya sama-sama menarik, bukan? Jadi, keputusan memilih keduanya dilandasi daya tarik keduanya yang tidak mungkin ditinggalkan.

Mungkinkah dalam hidup ini tidak ada pilihan? Sangat jarang bahkan mustahil manusia tidak memiliki pilihan-pilihan. Jika pikiran terasa buntu untuk memutuskan, ada saran agar menggali lubang lagi di tempat lain, lalu meninjau masalah dari sudut pandang berbeda. Bagaimanapun, kita tidak dapat menggunakan pola pilihan orang lain untuk keputusan kita, bukan? 

Sama halnya dengan orang lain yang juga tidak bisa menggunakan pola keputusan kita. Oleh karena itu, jangan membiarkan orang lain membuat pilihan untuk kita, karena kitalah yang menjalani lengkap dengan segala derita dan keindahannya.

Kita harus berpikir untuk diri sendiri ke depannya bagaimana?  Serta tetap berusaha menjadi diri sendiri. Manakala suatu keputusan terasakan tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka memutuskan mengambil tindakan, akan memberikan peluang untuk mendapatkan hasil lebih banyak lagi. Lain halnya jika kita berdiam diri tanpa tindakan apapun. Hal itu sama dengan meningkatkan kemungkinan kebingungan tatkala kelak kita dihadapkan dengan beberapa pilihan. Yang kita lakukan kemudian, bisa jadi  kita malah terjebak hanyut mengikuti arus.

Bagaimana jika dihadapkan pada kemungkinan berisiko? Biasanya teori yang digunakan adalah membayangkan risiko terburuk. Hal yang dialami seseorang tatkala memutuskan resign dari pekerjaannya kemudian mencoba berusaha mandiri. Ia pun membayangkan kemungkinan terburuk usahanya tersebut gagal total. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun