Pada revolusi industri 4.0 saat ini seluruh organisasi sudah dipastikan memanfaatkan teknologi yang tersedia. Pemanfaatan teknologi ini untuk dapat membantu meningkatkan produksi dan kualitas barang maupun jasa yang dihasilkannya. Secanggih dan semodern apapun teknologi yang digunakan, maka tidak akan bisa menghasilkan output terbaik tanpa adanya campur tangan sumber daya manusia yang qualified di dalamnya. Sumber daya manusia masih menjadi pelopor dan komponen penting dalam menghasilkan barang dan jasa terbaik yang harus dimiliki organisasi.
Kemampuan dan keahlian yang dimiliki untuk menghasilkan barang atau jasa menjadi salah satu tolak ukur produktivitas kerja, sehingga dibutuhkan manajemen sumber daya manusia. Oleh karena itu manajemen sumber daya manusia memiliki tujuan untuk mengelola sumber daya manusia di sebuah organisasi untuk meningkatkan produktivitas yang dapat diamati dari performa kerja.
Bebrbicara performa, maka erat kaitannya dengan kondisi psikis yang tercermin dari behaviour manusia. Kondisi psikis manusia sangat mempengaruhi performa dalam bekerja yang sewaktu-waktu dapat meningkat atau bahkan menurun. Banyak faktor yang menjadi pemicunya, terutama pada era revolusi industri 4.0 dimana tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks baik yang bekerja di instansi pemerintahan maupun swasta. Sehingga perlu bagi kita sebagai orang yang bekerja di sebuah organisasi untuk mengenali tanda atau ciri kita sedang mengalami penurunan performa. Selain itu, juga harus mengetahui bagaimana cara kita meningkatkan produktivitas kita agar tetap baik. Terutama bagi individu yang bertugas pada bagian mengelola sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Artikel mengenai psikologi kerja menyebutkan banyak tanda atau ciri yang dapat kita amati bahwa individu tersebut sedang berada pada fase penurunan performa kerja. Jika kita mulai mudah tersulut emosi, konsentrasi dan mengingat mulai terganggu, sering muncul kondisi jasmani yang mulai memburuk seperti sering merasa lelah, angka absensi meningkat, sering mengalami ketegangan otot dan sakit kepala hingga meningkatnya angka turnover karyawan. Kelelahan ini akan berdampak pada kenormalan aktivitas bekerja yang dapat dipicu karena adanya kebosanan kerja akibat pekerjaan yang monoton, tuntutan kerja tinggi dan hubungan antar anggota organisasi kurang baik.
Saat mulai merasakan tanda atau ciri seperti diatas, maka hal sederhana yang dapat dilakukan seseorang pekerja adalah istrirahat. Istirahat pada konteks ini bisa menggunakan waktu istirahat untuk rehat sejenak, dan dapat juga memanfaatkan waktu cuti yang disediakan organisasi untuk merefresh dan melepaskan sejenak semua beban pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan diluar peningkatan kemampuan yang diberikan organisasi.
Selain itu dapat juga melakukan hal-hal diluar jam kerja seperti menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman, me time, melakukan sesuatu yang menjadi hobi kita atau hal positif lainnya. Pastikan saat kita melakukan hal-hal positif tersebut harus totalitas. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan totalitas sehingga balance antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dapat memiliki manajemen waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI