Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kita Lebih Ingat Pengalaman Negatif dengan Lebih Jelas daripada Pengalaman Positif?

15 Mei 2021   08:27 Diperbarui: 15 Mei 2021   13:00 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Memori. Sumber: Photo by charan sai from Pexels

Pernah tidak mengalami suatu hal atau melewati sebuah pengalaman yang sangat intens dan emosional? Misalnya liburan tujuh hari tujuh malam di sebuah tempat yang sangat indah. Dimana kita tidak akan pernah lupa dan kita pun sukarela merekomendasikan tempat itu. 

Saya pernah. Saya juga dengan sukarela merekomendasikan-nya ke orang lain. Free, tanpa biaya endorse.

"Eh, tunggu deh, kenapa bisa begitu?" Kenapa saya bisa begitu bahagia-nya dan tidak pernah lupa, ternyata ada alasan science dibalik itu semua.

Perasaan kita selama momen yang paling intens secara emosional akan sangat mempengaruhi cara kita menilai keseluruhan pengalaman. Untuk menentukan apakah kita bersedia melakukannya lagi atau merekomendasikan-nya kepada orang lain. 

Tunggu Dulu Ferguso...., Cuma Sesimpel Itu Alasannya?  

Iya, sesimpel itu. Kita mengingat pengalaman hidup kita sebagai rangkaian potret yang representatif dan bukan sebagai rangkaian waktu peristiwa yang komprehensif.  

Economist terkenal, Daniel Kahneman menyatakan bahwa otak kita tidak dapat mengingat semuanya, jadi otak menggunakan jalan pintas yang disebut dengan heuristik untuk memilih apa yang penting.

Nah inilah yang menjadi dasar apa yang disebut dengan Peak-End Rule. Dasar kenapa kita hanya mengingat momen puncak dan momen terakhir dari sebuah peristiwa. Terlepas itu momen bahagia atau sedih.  

Lantas Bagaimana Peak-End Rule ini bekerja?

Perhatikan gambar di bawah ini:

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Gambar di atas dengan jelas memperlihatkan kenapa kita hanya mengingat momen terbaik dan momen terakhir dari sebuah rangkaian peristiwa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun