Hindia lewat lagunya “Untuk Apa / Untuk Apa?” menghadirkan sebuah potret jujur tentang keresahan anak muda yang sedang berada di fase pencarian makna hidup. Judulnya yang diulang dua kali terdengar sederhana, tetapi justru menyimpan gema batin yang kuat, sebuah pertanyaan yang sering muncul di kepala siapa saja yang merasa terjebak di antara ekspektasi sosial, ambisi pribadi, dan realitas hidup yang tidak selalu sesuai harapan.
Lagu ini sangat lekat dengan pengalaman quarter-life crisis, saat seseorang mulai meragukan arti dari segala pencapaian yang dikejar. Apakah kesuksesan itu sungguh membuat bahagia, atau hanya sekadar memenuhi standar orang lain? Pertanyaan itulah yang menjadi inti dari lagu ini, sekaligus menggambarkan kegelisahan generasi muda yang terus mencari jalan hidupnya sendiri.
Lebih jauh, “Untuk Apa / Untuk Apa?” juga bisa dibaca sebagai sindiran terhadap budaya produktivitas yang begitu kental di era digital. Kehadiran media sosial membuat anak muda lebih mudah membandingkan diri dengan orang lain, seakan-akan harus selalu tampak berhasil. Hindia mengingatkan bahwa mengejar sesuatu tanpa makna hanya akan berakhir pada kehampaan batin.
Yang menarik, lagu ini tidak mencoba memberi jawaban pasti. Hindia membiarkan pertanyaan itu terbuka, menghadirkan ruang refleksi bagi pendengar untuk memahami kegelisahan mereka sendiri. Kejujuran itu membuat banyak orang merasa dekat dengan lagu ini, karena mereka menemukan cerminan diri di dalamnya.
Dengan gaya lirik yang apa adanya dan nuansa musik yang emosional, “Untuk Apa / Untuk Apa?” lebih dari sekadar lagu. Ia hadir sebagai pengingat sekaligus teman perjalanan bagi generasi muda yang tengah berusaha berdamai dengan ketidakpastian, sambil tetap mencari makna dalam setiap langkah hidupnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI