Pertanyaan ini terlintas ketika mengingat omelan ibu saya ketika saya tidak menjaga kebersihan rumah, tidak tahu letak perabotan dimana, kemudian sama sekali tidak merawat rumah dan perabotannya. Omelan ibu saya, "Duh, lu sebenernya tinggal atau numpang sih di rumah ini?!"
Saat saya beranjak dewasa dan mulai bersyukur saya memiliki rumah, saya baru menyadari maksud omelan ibu saya.
Ketika kita tinggal di rumah sendiri, kita akan lebih menjaga kebersihan rumah, kita meletakkan perabotan dengan rapi, atau menjaga perabotan jangan sampai rusak ataupun pecah. Didalam rumah tersebut, kita memiliki self belonging (perasaan memiliki). Atau bagi Anda yang masih tinggal dirumah orang tua, dan tidak merasa bebas tinggal disana, mungkin Anda akan merasakan self belonging yang tinggi ketika sudah memiliki rumah sendiri.
Berbeda dengan menumpang, kita belum tentu nyaman tinggal disana, oleh karena itu, belum tentu kita memperhatikan kebersihan rumah orang tersebut, atau letak perabotan dimana saja. Bisa-bisa disangka mau mencuri lagi kalau sampai terlalu hafal letak perabotan rumah orang. Hehe. Membersihkan rumah yang kita tumpangi hanya dijalani sebagai kewajiban semata, atau perasaan tidak enak hati saja pada pemilik rumah. Kalau pemilik rumah sedang tidak ada, belum tentu hal yang biasanya kita lakukan didepan pemilik rumah akan kita lakukan dengan sendirinya.
Artinya, ketika menumpang di rumah orang, kita tidak memiliki self belonging.
Sama halnya dengan mengontrak atau menyewa rumah. Tidak sedikit penyewa yang setelah masa habis sewanya, meninggalkan rumah kontrakan dengan keadaan rusak, dengan banyak perabotan yang sudah copot, atau keadaan rumahnya amat sangat kotor. Kemungkinan besar pikiran yang melintas pada penyewa adalah "Bukan punya sendiri ini", "kan gue udah bayar". Sama sekali tidak ada rasa self belonging. Coba penyewa itu tinggal dirumahnya sendiri, saya yakin kebersihan rumahnya dan keawetan perabotannya akan dijaga dengan baik.
Begitupula dengan kita tinggal di negara kita sendiri.
Menjaga kebersihan lingkungan seharusnya sudah bukan lagi suatu kewajiban atau aturan yang dilanggar.Â
Di Jakarta misalnya, seluruh Indonesia sudah tahu dan merupakan suatu rutinitas, kalau musim hujan pastinya banjir. Ganti Gubernur beberapa kali juga Jakarta belum pernah bebas banjir, hanya tingkat ketinggian banjirnya saja yang berbeda-beda.Â
Dengan adanya rutinitas banjir yang menyebabkan kerugian material dan psikis para warga, seharusnya kita sudah memahami untuk membuang sampah pada tempatnya tanpa harus disuruh. Juga, menggunakan air mengalir seperlunya saja, agar tanah di Jakarta makin lama makin turun, Â yang akhirnya membuat permukaan air lebih tinggi daripada permukaan tanah di Jakarta.
Andai kita benar merasa Indonesia adalah rumah kita, seperti lagu yang berjudul "Rumah Kita", tidak peduli kita dari daerah mana, kita akan tetap menjaga kebersihan lingkungan di seluruh Indonesia, hingga ke pelosoknya, karena luas Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yang saya rasa kalau dihitung dalam satuan hektar, jumlahnya bisa jadi milyaran.