Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenali Toxic Employee

18 Juni 2020   12:13 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:05 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toxic employee | Foto: Hrexcellency.com

Pintar, tapi tidak bisa merekrut teman-temannya, suatu hari hanya akan menciptakan bumerang bagi perusahaan, karena ujung-ujungnya perusahaan akan mengalami kerugian. Apalagi bila karyawan dengan tipe toxic employee tersebut berhadapan langsung dengan pembeli ataupun klien, pastinya akan terlihat tidak elok, karena perusahaan akan dinilai tidak becus mempertahankan karyawan. 

Istilahnya, "didalamnya saja rusak, bagaimana mau memberikan yang terbaik untuk pihak luarnya", dengan begitu kepercayaan klien ataupun calon pelanggan pada perusahaan pun bisa jadi menurun. 

***

Analisis saya ini kerap menjadi intropeksi saya sebagai karyawan perusahaan. Dulu saya sering melakukan nomor 2, gemar curhat. Hehe. Setelah adanya pengalaman dan belajar dari kesalahan, saya baru memahami pentingnya mengontrol diri saat curhat disosial media.

Saya pun berusaha menahan diri untuk tidak bermusuhan dengan rekan kerja. Andai pun sampai bermusuhan, saya berusaha tidak memperlihatkan didepan klien. Karena kalau nanti kliennya berpikir negatif pada perusahaan, bisa jadi omset perusahaan berkurang, yang rugi nantinya saya sendiri. Lah, kalau tahu-tahu di-PHK gimana? Cari kerja sekarang kan susah. Kalau mau bangun usaha sendiri pun tidak mungkin langsung dapat profit yang bisa langsung dinikmati pribadi.

Membiasakan diri berpikir positif juga salah satu sebagai upaya saya untuk terus memiliki semangat kerja dan menghindari diri sebagai pribadi yang ternyata menjadi racun bagi perusahaan. 

Dari pengalaman demi pengalaman, hal yang saya pelajari antara perusahaan dan karyawan tentu harus saling mengerti satu sama lain, layaknya pasangan suami istri. Perusahaan memikirkan kesejahteraan karyawan, dan karyawan pun berusaha seoptimal mungkin membentuk tim yang solid mencapai target agar roda perusahaan selalu berputar kencang, karena kalau perusahaan sukses pun, gaji dan tunjangan karyawan bisa lebih terjamin terus full, tanpa dikurangi dengan adanya alasan pendapatan perusahaan yang berkurang. 

Semoga bermanfaat :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun