Mohon tunggu...
Nayla I. Hisbiyah
Nayla I. Hisbiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🎓 2021. Dalam pengabdian.

🍁 Worship | Work | Word | Worth | World 🦩 Menulis yang terbaik dari apa yang pernah dibaca, didengar, dilihat, dan dirasa || Freelancer || Tentang Pesantren.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesona Batik yang Membanggakan nan Merakyat

2 Oktober 2021   14:32 Diperbarui: 2 Oktober 2021   14:55 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik Sokaraja Banyumas. Sumber: merdeka.com

"Aku moco koran sarungan, kowe blonjo dasteran...."

Kurang lebih begitu lagu yang akhir-akhir ini asyik sekali untuk didengar. Lagu karya Kukuh Prasetya yang dibawakan oleh Ndarboy Genk dengan alunan musik dangdut koplo, "Mendung Tanpo Udan".

Ketika mendengar lagu ini, pas lirik itu, yang terbayang adalah daster yang dipakai ibu-ibu desa saat berbelanja sayur. Nah, benar-benar pemandangan sederhana nan apa adanya yang menginspirasi untuk kembali menulis di Hari Batik Nasional 2021 ini.

Batik itu unik, sebuah seni, sekaligus bagian dari budaya. Batik memiliki kharisma tersendiri hingga tak sembarang moment dikenakan, namun kalau mendengar lagu Mendung Tanpo Udan tadi jadi terasa merakyat. Yah, daster ibu-ibu kebanyakan terbuat dari kain batik yang dingin dan nyaman saat dikenakan.

12 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mencatat paten batik sebagai warisan budaya Indonesia. Sebagai rakyat Indonesia ada perasaan bangga tersendiri sebab Indonesia telah mencatatkan identitasnya di mata dunia melalui batik ini. Dan negara yang sempat mengklaim batik sebagai budayanya mau tak mau harus mundur alon-alon.

Batik pun menunjukkan kharismanya dengan dijadikannya dia sebagai dress code di acara-acara resmi, baik daerah maupun nasional. Para guru, pegawai, dan siswa pun memakai batik sebagai seragam mereka. Bapak-bapak tampak elegan dengan batiknya, dan ibu-ibu menjadikan batik sebagai pakaian ternyamannya.

Satu lagi, disadari atau tidak, kalau kita berada dilingkungan pesantren tradisional, maka batik seolah tak lepas dari pandangan setiap hari, apapun pakaian atasannya, sarung batiklah bawahannya. Bak galeri batik, berbagai motif kesana kemari terlihat. Batik untuk mengaji, mengajar, dan bersantai. Mereka tak bosan. Karena batik pakaian ternyaman untuk dikenakan. Apalagi sekarang batik sudah mulai ditulis dengan motif kekinian membuat semakin percaya diri saja. 

Selain itu, batik merupakan produk 100 % Indonesia. Sehingga dengan memakai kain batik, maka akan mengangkat jumlah produksi yang berpengaruh pada pendapatan pengrajin. Jika batik memiliki banyak peminat, maka akan menambah semangat pengrajin batik untuk terus berinovasi menciptakan motif batik yang disukai di pasaran. Income pengusaha batik pun bertambah. 

Kain batik juga tidak hanya menjadi pakaian saja. Ketika anda berjalan-jalan di jl. Malioboro Daerah Istimewa Yogyakarta, maka anda akan banyak menemukan berbagai macam kerajinan batik. Mulai dari gantungan kunci, dompet, tas, dan sebagainya. Bahkan batik sekarang sudah bukan aneh lagi masuk di dunia otomotif. 

Seperti mobil Mercedes Benz C250 CGI milik Piyu, gitaris band Padi. Ia mendapatkan mobil tersebut dari lelang PT. Mercedes Benz Indonesia beberapa tahun yang lalu. Dan setelahnya, banyak mobil-mobil mewah yang nampak indah dibalut corak kearifan lokal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun