Manusia sebagai sebaik - baik makhluk yang diciptakan hidup membentuk satu populasi di bumi ini. Karakternya saling membutuhkan antar individu. Kerjasama yang manusia ciptakan menimbulkan hubungan batin satu sama lain.
Hingga menimbulkan suatu kedekatan emosional. Hati yang berfungsi sebagai penangkap perasaan akan membedakan suatu kecenderungan. Hati akan cenderung mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, dan cenderung membenci orang yang menitipkan luka.
Lalu, bagaimana klasifikasi perasaan antara seorang hamba dengan hamba yang lainnya? Bagaimana tipologi hamba dalam menyayangi sesamanya? Tentunya dalam ranah cinta dan kasih sayang yang tidak menjurus pada keharaman secara agama.
Banyak sekali orang dari berbagai koridor keilmuan menafsirkan arti cinta dan persahabatan. Dari penjuru arah mana saja definisi cinta dan persahabatan sudah terucap. Lalu, dari arah mana kita akan menjawab pertanyaan di atas? Oke, mari kita jawab dari sudut arah yang berbeda, yang sepertinya tidak memuat itu, namun nyatanya ada.
Mari kita buka ilmu nahwu, tepatnya kitab al 'Imrithy buah cendekiawan muslim Syaikh Sarofuddin Yahya al 'Imrithy. Kitab ini berupa bait syair. Setiap katanya mengandung makna hingga perlu syarah (penjelasan) dari setiap kata yang dimaksud. Yups, kita akan mendapatkan jawaban disini.
Dalam baitnya, tertulis
سئلت فيه من صديق صادق●يفهم قولي لاقتقاد واثق
"Suiltu fiihi min shadiqin shaadiqi ● yafhamu qauli liqtiqadin watsiqi".
Pada kata صديق "shadiqin" seorang ulama ahli Nahwu memberi penjelasan yang menyuratkan tipologi kedekatan seseorang dalam menyayangi sesamanya.
Satu, صديق (shadiq), berarti teman. Yaitu, sesorang yang merasa senang saat kita senang dan sedih saat kita sedih. Jika sebaliknya, maka disebut عدو ('aduw) yang berarti musuh.