Mohon tunggu...
Bustami Bin Arbi
Bustami Bin Arbi Mohon Tunggu... Insinyur - Aceh, Indonesia

| Minat sastra dan budaya |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Uroe Tulak Bala di Aceh

25 Januari 2012   10:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tahun pada hari rabu di akhir bulan Safar pada kalender Hijriyah, Ureung Aceh berduyun-duyun ke pantai. Mereka percaya, bulan safar merupakan bulan yang cuacanya panas. Banyak penyakit yang mengintai manusia, mulai dari demam panas, batuk dan penyakit lain.

Hari yang disebut sebagai uroe tulak bala atau juga dikenal dengan sebutan rabu abeh itu merupakan tradisi turun temurun yang secara sadar dilakukan oleh sebagain masyarakat Aceh terutama yang berdomisili di kampung-kampung. Jangan heran bila Anda-pendatang dari luar Aceh yang kebetulan melihat fenomena ini. Sebab pada hari itu di pinggir-pinggir sungai atau pantai melihat sekumpulan warga yang melakukan ritual doa bersama di bawah tenda atau lapak yang telah disediakan.

[caption id="attachment_158311" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto: pribadi (Bustami Bin Arbi)"][/caption]

Sebenarnya tradisi ini punya nilai tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan. Selain sebagai ritual doa bersama, juga bisa menjadi ajang refreshing yang menarik. Nagan Raya, salah satu daerah di Aceh yang masyarakatnya masih melestarikan tradisi tulak bala ini. Sangat mudah untuk menemui tempat-tempat yang dikerumuni orang di daerah ini. Salah satu tempat yang sempat saya rekam adalah seputaran sungai Krueng Nagan di kawasan Cot Kuta-Kuta Padang.

[caption id="attachment_158313" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Foto: Dok.Pribadi (Bustami Bin Arbi)"]

13274857361212183249
13274857361212183249
[/caption]

[caption id="attachment_158317" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Foto: Dok.pribadi (Bustami Bin Arbi)"]

132748608482311864
132748608482311864
[/caption]

Tak heran bila ada anak-anak usia sekolah dasar yang meliburkan diri ke sekolah pada hari rabu tersebut. Mungkin disebabkan ibu-ibu mereka yang mulai menyiapkan segala pernak-pernik ke tempat “rekreasi” itu dari pagi, sehingga anak-anak pun ikut terbawa euforia. Tak mau ketinggalan, anak-anak juga menyiapkan ban dalam mobil yang akan digunakan sebagai pelampung saat mandi di sungai nantinya.

Begitu pula para lelaki dewasa, semenjak pagi mereka mulai beranjak ke pinggi sungai untuk menyiapkan tenda atau lapak untuk doa dan makan bersama keluarga besar. Menarik bukan?, jadi menurut saya tradisi tulak bala ini punya nilai filosofi tinggi. Bisa kita sebut sebagai rekreasi rohani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun