Mohon tunggu...
Najmi Nahdin Afkari
Najmi Nahdin Afkari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang berkuliah yang suka berangan-angan

Berbiasalah berbahagialah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Wacana Kebijakan yang Membingungkan, Masyarakat pun Juga Ikut Bingung

26 Juni 2022   10:32 Diperbarui: 26 Juni 2022   10:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemarin, tepatnya pada tanggal 5 Juni 2022, candi borobudur yang merupakan warisan sejarah dan tempat suci umat Buddha berencana akan diberlakukan pembayaran oleh pemerintah untuk tiket naik ke atas candi bagi turis lokal, sebesar Rp. 750.000, dan bagi turis manca negara sebesar USD $100. Sedangkan untuk para pelajar hanya dikenai biaya sekitar Rp. 5.000, namun itu hanya sebuah wacana pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelestarian cagar budaya.

Terdapat pro dan kontra adanya pemberlakukan seperti ini. Namun selebihnya kontra terhadap wacanan pemberlakuan. Bagaimana mungkin? Pemerintah yang mengeluarkan sebuah peraturan bukan untuk kalangan masyarakat kecil. Jika memang adanya kebijakan seperti ini mengapa hanya orang yang ber ada saja yang boleh naik ke atas candi Borobudur.

Bagi turis lokal yang akan melihat sebuah sejarah perlu membayar Rp. 750.000, sekali naik. Pemerintah berdalih, bahwa membayar dengan jumlah seperti itu untuk. biaya operasional untuk menjaga batu candi agar tidak terkikis. Sehingga untuk ke candi dibatasi hanya sekitar 1200 orang per-hari, hal ini menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Yang masih menjadi pertanyaan yaitu, pemerintah membuat wacana kebijakan dengan membayar sebesar itu atas pertimbangan apa? Ataukah hanya sebatas untuk menaikan APBN? Untuk membayar hutang-hutang negara kah. 

Kebijakan ini mungkin bisa di nilai merugikan salah satu pihak, yaitu masyarakat yang kurang mampu. Membayar Rp. 750.000 sekali naik candi bisa untuk hidup selama 2 minggu atau bahkan lebih. Tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, itu merupakan sebuah wacana keputusan yang dilakukan pemerintah dengan berujuan menjaga warisan.

Tak bisa dipungkiri, bahwa hal itu sangat memberatkan beberapa pihak salah satunya yaitu para penganut agama Buddha itu sendiri. Yang dimana di candi Borobudur merupakan tempat sakral dalam artian tempat beribadahnya orang Buddha. Borobudur bukan hanya sebuah tempat wisata saja, melainkan juga tempat ibadah orang-orang Buddha. 

Bisa dibayangkan, jika setiap orang-orang buddha hendak naik ke atas candi, di tempat yang dianggap sakral itu oleh Buddha, dengan sekali masuk dikenai biaya 750.000. sedangkan menurut sang biksu, banyak masyarakat buddha yang kurang mampu dalam hal finansial.

Tujuan adanya wacana kebijakan tersebut merupakan hal yang baik dengan menjaga dan melestarikan sebuah warisan sejarah, tetapi jangan memberatkan masyarakat juga tentunya yaitu dengan membayar mahal. Apalagi masyarakat Indonesia sendiri, yang gaji per-kapita yang tak seberapa itu. 

Permasalahan yang sering terjadi di Indonesia yaitu tentang himpitan ekonomi yang kian meradang, PHK (Putus  Hubungan Kerja) besar-besaran yang tak kunjung usai disebabkan perusahaan akan melakukan upaya pembaharuan sistem setelah pandemi yang telah selesai. Bantuan dari pemerintah pun hanya cukup untuk makan sehari-hari. 

Setelah hilangnya pandemi diganti endemi dan kelonggaran social distancing, tentunya masyarakat perlu untuk berwisata untuk menyegarkan kembali pikiran salah satunya dengan melihat sebuah warisan budaya.

Perlunnya sebuah pertimbangan yang mendalam serta matang dan peninjauan lebih lanjut. Beruntungnya, dengan membayar Rp. 750.000, untuk naik ke atas hanya sebatas wacanan saja, yang pada akhirnya pada tanggal 13 Juni diterapkan hanya para pengunjung yang dibatasi untuk naik yaitu 1200 orang per-hari dengan menggunakan sandal khusus, serta harga untuk masuk candi masih tetap sama yaitu Rp. 50.000. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun