Pembacaan doa mengakhiri serangkaian kegiatan yasinan. Setelah kegiatan ini, orang yang lebih muda mengambil hidangan yang sudah disiapkan untuk menjamu para warga. Satu persatu air teh dalam gelas disuguhkan. Lontong dalam bakul dihidangkan. Sayur rebung yang ada dipiring menjadi pendamping lontong untuk disantap.
Kerukunan nampak terpancar dari masing-masing. Bercengkerama berbagi keluh kesah yang mereka alami. Raut wajah yang sumringah menambah keakraban. Kesederhanaan membawa kami pada guyubnya persatuan. Â
Banyak sekali nilai-nilai yang diajarkan dalam tradisi ini. Misalkan sopan santun dengan orang yang lebih tua. Hal ini dapat terlihat bagaimana golongan muda dalam memberikan pelayanan terhadap golongan yang lebih tua. Kemudian merawat persatuan dan kesatuan. Kehadiran para warga sekaligus sebagai pupuk pemersatu dan menguatkan kedekatan emosional antar satu sama lain.
Selain itu, kegiatan yang bisa dibilang keagamaan ini dapat berjalan berdampingan dengan nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat. Tanpa merubah tatanan sosialnya. Bahkan dapat menciptakan sebuah budaya baru dan berkembang di masyarakat. Dampak nya jelas, yaitu menjaga keutuhan masyarakat.
Dengan demikian, kearifan lokal "yasinan" dapat dikatakan sebagai warisan budaya non benda. Yang dapat kita pelihara dan jaga hingga anak cucu kelak. Agar keutuhan dan kebhinekaan dapat terjaga sepanjang masa.