Mohon tunggu...
najihanajwas
najihanajwas Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa aktif yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persfektif Frederick Herzberg dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Guru PAI

7 Februari 2025   10:16 Diperbarui: 7 Februari 2025   10:22 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Untuk memastikan validitas data yang dikumpulkan, penelitian ini hanya menggunakan sumber terpercaya dari jurnal akademik, laporan penelitian, dan dokumen resmi. Validitas data juga diperkuat dengan penerapan prinsip triangulasi, yaitu membandingkan hasil penelitian dari berbagai sumber untuk memperoleh kesimpulan yang konsisten dan objektif. Selain itu, teori motivasi dua faktor Herzberg digunakan sebagai kerangka analitis utama untuk menjelaskan peran faktor motivator dan higienis dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja guru PAI. Melalui justifikasi teoritis ini, diharapkan penelitian dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan kebijakan pendidikan yang lebih responsif terhadap kebutuhan guru.(Siti and Setiyaningtiyas 2024)

PEMBAHASAN

            Motivasi   merupakan   kondisi   psikologis   dari   hasil   interaksi   kebutuhan   karyawan dan faktor luar yang mempengaruhi perilaku seorang karyawan. Motivasi  adalah  keadaan  kejiwaan  dan  sikap  mental  manusia  yang  memberikan  energi,  mendorong  kegiatan  dan  mengarahkan  perilaku  kearah  mencapai  kebutuhan  yang memberi kepuasan. (Zuliawati 2016)

            Menurut Hasibuan motivasi  berasal  dari  kata  Latin  "movere"  yang  berarti  dorongan    atau    menggerakkan.  Motivasi    mengkaji    bagaimana  cara  mengarahkan  daya  dan  potensi  agar  bekerja  mencapai  tujuan  yang  ditentukan. Pada  dasarnya  seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan  pada    diri    seseorang    dengan    orang    yang    lain    berbeda  sehingga  perilaku  manusia  cenderung beragam dalam bekerja.(Hasibuan 2006) Ngalim mengatakan motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi  pilihan-pilihan  individu  terhadap  bermacam-macam  bentuk  kegiatan  yang dikehendaki. Motivasi mencakup  di  dalamnya  arah  atau  tujuan  tingkah  laku,  kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah  konsep  dorongan  (drive),  kebutuhan  (need),  rangsangan  (incentive),  ganjaran  (reward),   penguatan   (reinforcement),    ketetapan    tujuan    (goal    setting),   harapan   (expectancy), dan sebagainya . (Ngalim Purwanto. 2006)

            Motivasi  kerja  merupakan  motivasi  yang  terjadi  pada  situasi  dan    lingkungan    kerja  yang  terdapat  pada  suatu  organisasi  atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan  memang  sering  dikaitkan  dengan  motivasi  kerja  guru.  Pada  dasarnya  manusia  selalu  menginginkan  hal  yang  baik-baik  saja,  sehingga  daya  pendorong  atau  penggerak    yang      memotivasi      semangat      kerjanya      tergantung      dari  harapan  yang  akan  diperoleh  mendatang  jika  harapan  itu  menjadi  kenyataan  maka  seseorang  akan  cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.

            Menurut    Frederick    Herzberg    yang    dikutip    oleh Hasibuan mengemukakan Herzberg's  two  factors  motivation  theory atau  teori  motivasi  dua faktor  atau  teori  motivasi  kesehatan  atau  faktor  higienis.  Menurut  teori  ini  motivasi yang  ideal  yang  dapat  merangsang  usaha  adalah  peluang  untuk  mengembangkankemampuan.Herzberg  menyatakan  bahwa  orang  dalam  melaksanakan  pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:

1)         Faktor motivasi

Faktor motivasi yaitu menyangkut  kebutuhan  psikologis.  Kebutuhan  ini meliputi  serangkaian  kondisi  intrinsik,  Kepuasaan  pekerjaan  (job  content)  yang apabila  terdapat  dalam  pekerjaan  akan  menggerakan  tingkat  motivasi  yang  kuat, yang   dapat   menghasilkan   prestasi   pekerjaan yang   baik.   Faktor   motivasi   ini berhubungan  dengan  penghargaan  terhadap  pribadi  yang  secara  langsung  berkaitan dengan pekerjaan .(Andriani and Widiawati 2017) Faktor motivasi juga terdiri dari prestasi, pengakuan atas prestasi, hasil karya sendiri, tanggung jawab, pertumbuhan, dan kemajuan dijelaskan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan dalam bekerja namun tidak ada bukti pengaruhnya dalam tingkat ketidakpuasan. Faktor ini juga digambarkan sebagai kebutuhan akan pertumbuhan atau aktualisasi diri. Sementara itu, faktor kebersihan dinilai penting dalam menghindari ketidakpuasan dan digambarkan sebagai ruang lingkup pekerjaan pelaksanaan yang secara tidak langsung mempengaruhi pekerjaan seperti rekan kerja, supervisor, kondisi kerja, keamanan kerja, dan organisasi kebijakan (El et al. 2024) Faktor motivator cenderung memberi dampak yang lebih besar pada semangat dan kinerja pegawai, serta membangun rasa puas dan bangga dalam pekerjaan. Beberapa contoh faktor motivator meliputi: 1) Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan, yaitu Keberhasilan seorang pegawai dapat dilihat dari prestasi yang diraihnya. Pegawai merasa puas ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas dengan baik atau mencapai target yang telah ditentukan. Prestasi memberikan rasa kepuasan intrinsik yang meningkatkan motivasi kerja. 2) Pengakuan (Recognition) adalah besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerjanya. Penghargaan atas usaha dan hasil kerja, baik itu melalui pujian lisan, penghargaan formal, atau insentif lainnya, dapat meningkatkan rasa penghargaan dan memotivasi pegawai untuk bekerja lebih keras. 3) Tanggung Jawab (Responsibility) adalah besar kecilnya yang dirasakan terhadap tanggung jawab diberikan kepada seorang tenaga kerja. Pemberian tanggung jawab lebih dalam pekerjaan dan kepercayaan dari atasan dapat memotivasi pegawai untuk lebih terlibat dan berinisiatif dalam pekerjaan mereka. 4) Kesempatan untuk berkembang (Advancament), pengembangan potensi individu adalah besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.  Pegawai yang diberikan peluang untuk berkembang, baik dalam bentuk promosi jabatan maupun kesempatan untuk memperoleh pelatihan dan peningkatan keterampilan, akan merasa lebih termotivasi untuk bekerja keras. 5) Pekerjaan itu sendiri (work ir self) adalah berat ringannya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya. Pimpinan membuat usaha-usaha riil dan meyakinkan, sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan  berusaha untuk menghindar dari kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya yaitu kepuasan pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang menantang, menarik, dan memberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan serta kreativitas pegawai dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pekerjaan yang beragam dan tidak monoton cenderung lebih memotivasi pegawai.

2)         Faktor Higienis (Hygiene Factor/Maintenance Factors)

Menurut Herzberg dalam Nordin Abd Razak & Lei Mee Thien yang menjelaskan bahwa faktor kedua dikenali sebagai faktor hygiene yang berkaitan dengan persekitaran kerja itu sendiri daripada aspek fizikal dan psikologi seperti polisi syarikat dan pentadbiran, penyediaan, hubungan interpersonal, suasana tempat kerja, dan keselamatan yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Faktor higiene adalah elemen-elemen yang terkait dengan kondisi eksternal pekerjaan, yang jika tidak dipenuhi dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja. Meskipun faktor ini tidak langsung meningkatkan motivasi kerja pegawai, keberadaannya yang tidak memadai dapat menyebabkan ketidakpuasan yang dapat menurunkan semangat dan kinerja pegawai. Faktor higiene berfokus pada aspek dasar yang harus dipenuhi agar pegawai tidak merasa kecewa atau tidak puas dengan pekerjaan mereka. Beberapa contoh faktor hygiene meliputi: 1) Kebijakan Perusahaan (Company Policy), menurut Siagian Kebijakan dan administrasi merupakan tingkat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan peraturan yang berlaku di perusahaan. Kebijakan perusahaan yang jelas, adil, dan diterapkan dengan konsisten sangat penting agar pegawai merasa dihargai dan tidak dirugikan. Ketidakjelasan atau ketidakadilan dalam kebijakan perusahaan dapat menyebabkan ketidakpuasan. 2) Kondisi Kerja (Working Conditions) adalah aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang seperti fasilitas-fasilitas perusahaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan mencapai produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan mendukung sangat penting agar pegawai dapat bekerja dengan baik. Kondisi fisik, seperti pencahayaan, suhu ruangan, serta ketersediaan fasilitas yang memadai, akan mempengaruhi kenyamanan pegawai. 3) Gaji dan Tunjangan (Salary and Benefits) merupakan sebuah bentuk pembayaran yang dibutuhkan karyawan yang wajib diberikan oleh perusahaan sebagai balas jasa. Gaji yang diberikan oleh perusahaan meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan makan, tunjangan hari raya, bonus dan premi hadir. Gaji yang adil dan kompetitif, serta tunjangan yang memadai, adalah faktor dasar yang dapat mencegah ketidakpuasan. Namun, meskipun faktor ini penting, mereka tidak cukup untuk secara langsung meningkatkan motivasi atau kepuasan kerja pegawai. 4) Hubungan Antar Pegawai (Interpersonal Relationships), hubungan antar pribadi adalah tingkat kesesuaian yang dirasakan dalam interaksi antar tenaga kerja lain, menunjukkan hubungan perseorangan antara karyawan dengan karyawan, maupun bawahan dengan atasannya, dimana kemungkinan bawahan merasa tidak dapat bergaul dengan atasannya. Hubungan yang baik antara pegawai dengan rekan kerja, atasan, atau tim kerja dapat mencegah ketidakpuasan dan  menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis. Konflik atau ketegangan dalam hubungan antar pegawai dapat menurunkan motivasi kerja. 5) Keamanan Kerja (Job Security), kualitas supervisi adalah tingkat kewajaran supervisi yang dirasakan oleh tenaga kerja, dimana peran Supervisor memberikan arahan dan bimbingan dengan tepat sesuai prosedur sehingga karyawan dapat mengikuti dengan baik. Rasa aman dalam pekerjaan, baik dari segi stabilitas pekerjaan maupun jaminan sosial, dapat mencegah ketidakpuasan. Pegawai yang merasa terancam dengan kemungkinan kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki perlindungan yang memadai cenderung merasa tidak termotivasi.

            Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah semua pihak yang berusaha memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu), paman, kakak, tetangga, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai pendidik pertama dan utama  bagi  anak-anaknya, serta sebagai peletak fondasi yang kokoh bagi pendidikan anak-anaknya di  masa depan(Mohammad Kosim 2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan formal merupakan suatu hal mutlak, yang  membutuhkan  keterlibatan  peran  aktif  guru terhadap siswa.  Guru  bertindak wajar  sesuai  dengan  profesinya  dan  siswa  belajar  sesuai  dengan self  consciousness (kesadaran  diri)  yang  biasanya  lahir  karena motivasi  dari  gurunya.  Antara  guru dan  siswa  harus  senantiasa  merefleksikan  interaksi  edukatif  dalam  pembelajaran. Interaksi ini merupakan hubungan aktif dua arah yang bermakna dan kreatif yang berproses  dalam  ikatan  tujuan  pendidikan.Proses  pembelajaran diharapkan  pula merupakan proses motivasi yaitu guru mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement(penguatan) keoptimalan belajar siswa(A.M 2010).  Motivasi  sangat  diperlukan  bagi  guru  dalam  melaksanakan  tugas-tugasnya sehingga  dapat  meningkatkan keberhasilan  proses  pembelajaran. (Masyhudi and Musa 2018)

            Penelitian menemukan bahwa faktor pemeliharaan sangat penting dalam mencegah ketidakpuasan kerja guru PAI. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, seperti hubungan yang harmonis dengan kolega dan dukungan kepala sekolah, sangat memengaruhi kepuasan guru. Menurut Hamsal kepemimpinan kepala sekolah yang transparan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan membantu guru mengatasi tekanan kerja. Selain itu, kebijakan pemberian insentif berbasis kinerja yang adil juga mendorong semangat kerja guru.(Hamsal et al. 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun