Mohon tunggu...
Najib Sr
Najib Sr Mohon Tunggu... Abdi Praja -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi Kota

5 Desember 2017   21:12 Diperbarui: 5 Desember 2017   21:17 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkotaan, kita tahu, adalah tempat di mana manusia hidup dikepung berbagai ironi. Di sana, mereka terus membangun fasilitas-fasilitas mewah, tapi kebanyakan warganya hidup di gang-gang sempit, berdesak-desakan satu sama lain. Mobil-mobil canggih memenuhi jalan, mereka memiliki mesin yang mampu dipacu hingga 300 km/jam. 

Tetapi, secanggih apapun teknologinya seolah tak berguna karena macet, mereka harus menempuh jarak 20 km dalam waktu dua jam bahkan lebih. Jarak hampir sama yang bisa ditempuh kereta yang ditarik seekor kuda.

Sering kita saksikan di tiap-tiap sudut kota, di depan pusat-pusat perbelanjaan, di lampu merah ataupun di trotoar gedung perkantoran, ironi yang terpampang nyata menusuk-nusuk mata. 

Dalam teriknya panas sekelompok anak berbaju kusam, dengan mata sayu dan tak beralas kaki menengadahkan tangan atas nama mencari makan. Sementara tak jauh dari tempat itu, seorang bapak dengan tampilan necis sedang tertidur pulas di atas kursi empuk ruangan ber-AC sebuah gedung milik rakyat yang ia wakili.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun