Mohon tunggu...
Nais Saepulhaq
Nais Saepulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Republik Tinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Wahdatul Wujud", Semua Mirip Kolak

27 Mei 2017   21:55 Diperbarui: 29 Mei 2017   14:56 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="4.bp.blogspot.com"][/caption]

Mengenang masa masa indah dulu saat masih akrab bercengkrama dengan referensi sufi, saya hingga hari ini masih ingat dengan sebuah konsep kontroversial yang disebut dengan wahdatul wujud, sebut saja pecetusnya adalah Alhallaj dan Ibnu Arobi. Sebuah konsep yang teramat dalam bukan tanpa dalil dan kekuatan iman, tetapi kehadirannya sangat sulit difahami oleh orang orang yang belum mencapai derajat kesufian tingkat tinggi. 

Wahdatul Wujud adalah bahwa keberadaan dan wujud itu hanya terbatas pada Dzat Allah Swt sehingga selain Allah hanyalah jelmaan dan manifestasi keberadaan-Nya. Hal tersebut menunjukan Kuatnya intensitas dan kesempurnaan wujud-Nya menjadi sebab kecintaan-Nya untuk menjelma. Tetapi dalam pemahaman orang awam, wahdatul wujud sering dipaksakan untuk memiliki makna yang berarti bahwa segala yang ada didunia ini adalah Tuhan.

Terlepas dari kontoversi karena pemahaman yang berbeda dari setiap orang yang memahaminya dan sangat tergantung dari kemampuan dan keterbatasan kelas ma'rifat, saya melihat konsep ini adalah sebuah puncak dari 'Pemusatan' atas kecintaan yang tinggi sehingga berkonsekwensi (terkesan) menafikan yang lain. Keadaan seperti ini sebenarnya dapat kita jumpai pada kejadian sederhana yang menggambarkan tentang seseorang yang tengah tergila-gila pada seseuatu, sehingga setiap pengalaman/Kejadian apapaun akan selalu diasosiasikan pada apa yang mendominasi fikirannya, dan memunculkan sosok tertentu pada benda apapun.

Si Ahmad yang tengah tergila-gila oleh sesosok perempuan cantik bernama Edoh, hingga membuat dirinya selalu membayangkan sosok edoh dalam keadaan apapun. Maka setiap Ahmad bertemu dengan perempuan, yang terbayang adalah sosok Edoh. Demikian dalam pemahaman sederhana saya tentang wahdatul wujud. Pengertian dan pemahamannya adalah sebuah rasa yang sulit untuk diterjemahkan kecuali oleh orang orang yang sedang mengalami crazy of someone/something.

Kerinduan yang datang dibenak orang-orang yang sedang berpuasa adalah nikmatnya menu buka puasa yang lebih awal datang dipenghujung khayali. Seperti halnya konsep wahdatul wujud yang menempatkan Tuhan sebagai kecintaan tertinggi yang teramat dirindukan, maka kerinduan yang sama barangkali dirasakan oleh shoim (Sebutan bagi yang berpuasa) ingin segera menikmati manisnya menu pembuka. Maka sangat wajar, bagi mereka yang selama mengisi waktu berpuasa tidak didominasi oleh kegiatan yang menyibukan, maka fikirannya lebih dominan dipengaruhi oleh gambaran manisnya Kolak Ta'jil. Ya, kolak Ta'jil pada saat perut kosong adalah puncak tertinggi yang telah menjadi sang imperialis di fikiran sehingga menafikan fikiran lain. Akhirnya, setiap yang dilihat adalah bentuk Kolak, setiap yang dicium adalah harumnya santan kolak, setiap yang dirasa adalah bayangan manisnya Kolak. Maka apapun akan menjelma menjadi wahdatul wujud, ketika semua terbayang seperti Kolak.

Kualitas Wahdatul Wujud sangat tergantung dari kualitas kita menempatkan sesuatu sebagai dominasi fikiran. Andai saja kita sedang crazy of something useful (Sesuatu yang bermanfaat), maka penjelmaanpun adalah sesuatu yang mensugesti kita untuk beramal dibulan puasa ini, sebaliknya jika crazy of something useless (Tidak manfaat) Berarti tidak akan ada spasi bagi kita untuk berfikir dan beramal yang bermanfaat. Tapi setidaknya saat kita Crazy of Kolak, menandakan bahwa kita sedang berpuasa. Karena kolak adalah sebuah proses redintegrasi, yang memberikan memory clues tentang puasa dan bulan ramadhan. Wallahu A'lam- Ready Corrected

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun