Setiap awal pasti ada akhir, begitu juga dengan kehidupan yang berakhir dengan kematian. Memang begitu menyakitkan rasanya jika orang-orang yang  dicintai pergi meninggalkan dunia, terlebih lagi bagi orang-orang yang ditinggalkan oleh orang tersayang, mereka akan merasakan rasanya sakit hati dan kerinduan yang begitu amat mendalam. Rasa berduka itu membuat orang-orang yang ditinggalkan oleh orang yang disayangi mereka menjadi sesuatu yang tak mudah dan membuat perubahan dalam hidup mereka.
Untuk mengobati kerinduan yang begitu mendalam tersebut, orang-orang yang ditinggal mati oleh orang yang tersayang mereka akan pergi mengunjungi makam yang disebut istilah "Nyekar" dalam bahasa jawa. Dan sebelum memasuki bulan suci ramadhan, orang-orang muslim akan mengunjungi makam dan mendoakan orang-orang yang telah tiada sekaligus mengobati kerinduan tersebut.
Lalu bagaimana tanggapan pedagang bunga dan penjaga makam dengan orang-orang yang berduka dan melakukan nyekar?
Pedagang bunga (T) yang kemarin kami wawancara di sekitar Taman Pemakaman Kerkof, Cimahi mengatakan bahwa mereka juga turut merasakan kesedihan yang begitu menyayat hati mereka jikalau ada orang-orang yang sedang berduka. Sedangkan itu, penjaga makam (D) yang selalu berjaga dan mengurus sekitar pemakaman juga turut merasakan kesedihan yang dialami orang-orang tersebut. Namun, penjaga makam (D) mengatakan bahwa dalam hidup harus bisa bangkit dari keterpurukan.
Jadi, akhir kata, nyekar bukan hanya sekedar mengunjungi makam saja, namun kegiatan nyekar ini merupakan hal yang sakral untuk mendoakan orang yang sudah tiada dan mengobati luka-luka dan kerinduan bagi orang-orang yang berduka dan yang ditinggal oleh orang yang disayangi mereka.