Kawasan wisata tematik Lembur
Katumbiri di RW 012, Kelurahan Dago,
Kecamatan Coblong, diresmikan Wali
Kota Bandung Muhammad Farhan, Selasa
(6/5/2025). Wajah permukiman di
kawasan perbukitan itu kini terlihat ceria
lewat tampilan cat warna-warni. Kawasan
itu dikenal dengan sebutan Kampung
Pelangi 200. Sebutan "200" merujuk padabekal Rp 200.000 per kepala keluarga daripemerintah, saat pindah ke kawasan itu di
tahun 1990-an. Tempat tinggal mereka
kini dibangun rumah susun Institut
Teknologi Bandung di Cisitu, Kota
Bandung. Saat baru diresmikan, Kampung
Pelangi 200 lekas jadi primadona. Wajah
kawasan itu sangat ideal dijadikan latar
belakang pose di media sosial. Akan tetapi,
nasib Kampung Pelangi 200 ternyata tidak
lama. Beberapa tahun kemudian, cat
luntur. Pengecatan ulang mandek
dilakukan. Ujungnya, Kampung Pelangi
200 kembali tidak menarik dan
ditinggalkan. Di balik keindahan
permukiman yang berwarna-warni,
Aktivis Lingkungan Sungai Cikapundung
Aqil Syahbana meminta kepada Pemkot
Bandung tak hanya membenahi
permukiman warga, melainkan juga harus
membenahi aliran Sungai Cikapundung.
Kelurahan Dago memiliki sekitar
35.516 jiwa penduduk, menjadikannya
wilayah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan
lain di Kecamatan Coblong. Kelurahan
padat penduduk lainnya seperti Sekeloa
dan Sadang Serang masing-masing
memiliki jumlah penduduk sebanyak
27.283 jiwa dan 27.107 jiwa. Data tersebut
menggambarkan bahwa Dago tidak hanya
menjadi kawasan pemukiman yang padat,
tetapi juga kawasan yang berkembang
dengan berbagai aktivitas sosialnya.
Lembur Katumbiri bagian dari
kelurahan Dago, Kecamatan Coblong.
Kecamatan di utara Bandung ini salah satu
wilayah yang berkembang pesat.
Penduduk Kecamatan Coblong
mencatatkan sekitar 116.875 jiwa pada
tahun 2023, dengan kepadatan penduduk
mencapai 15.750 jiwa per kilometer per
segi. Kecamatan ini memiliki tujuh
kelurahan, salah satunya adalah Dago,
yang tercatat sebagai kelurahan terpadat di
wilayah ini. Total ada 347 rumah dilabur
504 galon cat senilai Rp 190 juta di RW
012 Lembur Katumbiri. Konsepnya dibuat
seniman berkaliber internasional asal
Bandung, John Martono. Dia dibantu 150
personel lapangan dan warga setempat
mencat rumah-rumah itu dalam beberapa
bulan terakhir. Tidak butuh waktu lama
bagi kawasan itu untuk kembali viral.
Lokasi permukiman yang bersusun karena
ada di perbukitan terjal membuat orang-
orang menyebutnya sebagai Rio de
Janeiro-nya Bandung. Kesegaran itu
kontras dengan bangunan lain di RW
tetangga yang belum dicat. Dinding
semennya belum dicat hanya
memperlihatkan warna abu-abu yang
kusam.
Nama "Lembur Katumbiri" sendiri
diambil dari Bahasa Sunda yang berarti
"Kampung Pelangi", sejalan dengan
identitas visual dan semangat kampung ini
sebagai destinasi wisata warna-warni yang
penuh semangat warga. Walikota
Bandung, Muhammad Farhan, secara
resmi meresmikan kembali Lembur
Katumbiri pada hari Selasa, 6 Mei 2025.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan
harapan agar kawasan ini kembali menjadi
daya tarik wisata dan mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Kampung ini merupakan permukiman
terpadat di Kelurahan Dago. Ridwan
Kamil, Wali Kota Bandung saat itu, pernah
berencana menata kampung ini tetapi tidak
terlaksana. Akhirnya warga berinisiatif
bekerja sama dengan CSR sebuah
produsen cat merek Sanlex. Rumah-rumah
di kampung itu pun dicat warna-warni
sehingga disebut dengan Kampung
Pelangi 200.
Permukiman yang berada di lereng
membuat rumah-rumah tampak seperti
bertumpuk sehingga menciptakan
pemandangan cantik yang menarik banyak
wisatawan. Keberadaannya menjadi
keseriusan Kota Bandung tidak hanya
fokus pada urusan infrastruktur, tetapi juga
memperhatikan aspek seni, budaya, dan
kebersamaan warga. Salah satu upayanya
memasukkan kampung ini menjadi bagian
dari program bertajuk "Bandung Punya
Cerita". Momennya berlangsung mulai
Agustus hingga perayaan Hari Jadi Kota
Bandung pada September 2025. Program
itu, kata Farhan, hendak mendorong
dokumentasi sejarah, cerita rakyat, dan
mural bernarasi sebagai bagian dari
transformasi wajah kota. Warga yang
tinggal di Lembur Katumbiri dan
sekitarnya berharap warna-warni di
dinding rumah ikut mencerahkan hidup
manusianya. Jangan sekali viral lalu
tenggelam kemudian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI