Mohon tunggu...
Muhammad Tabihunnahar
Muhammad Tabihunnahar Mohon Tunggu... mahasiswa

olahraga menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peran Teknologi dalam Mencegah Kepunahan Harimau Sumatera

2 Oktober 2025   23:03 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:14 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Peran Teknologi dalam Mencegah Kepunahan Harimau Sumatera

 

PENDAHULUAN

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah satu-satunya subspesies harimau yang masih bertahan hidup di Indonesia, dan kini tergolong sangat terancam punah menurut Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature, 2023). Jumlahnya diperkirakan kurang dari 600 ekor yang tersisa di alam liar, dan hanya ditemukan di beberapa kawasan hutan di Pulau Sumatera (Wibisono et al., 2011). Penurunan jumlah harimau ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan habitat akibat pembukaan hutan, perburuan ilegal, serta konflik dengan manusia (WRI Indonesia, 2020).

Untuk mengatasi berbagai ancaman tersebut, pemerintah dan sejumlah organisasi konservasi telah menjalankan berbagai upaya pelestarian. Salah satu pendekatan yang semakin berkembang adalah pemanfaatan teknologi. Dengan bantuan teknologi, perlindungan terhadap harimau bisa dilakukan secara lebih efisien dan berbasis data. Penggunaan kamera jebak, citra satelit, hingga sistem patroli digital kini membantu memantau pergerakan harimau, mengidentifikasi potensi ancaman di habitatnya, dan memahami perilaku satwa secara lebih mendalam (Hikvision & WWF Indonesia, 2023). Kehadiran teknologi ini menjadikan kegiatan konservasi lebih cepat tanggap dan terarah.

METODE

Dalam menyusun artikel ini, penulis mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya yang membahas bagaimana teknologi digunakan untuk membantu pelestarian Harimau Sumatera. Data diambil dari laporan organisasi konservasi seperti WWF Indonesia, WRI Indonesia, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta artikel-artikel terbaru yang mengulas penggunaan alat-alat canggih seperti kamera jebak, sistem patroli pintar (SMART), dan pemantauan lewat satelit. Selain itu, penulis juga merujuk pada data ilmiah terkait jumlah populasi harimau, sebaran habitat, dan ancaman yang mereka hadapi, yang diperoleh dari IUCN Red List dan jurnal internasional seperti PLoS ONE. Beberapa berita populer dari media lingkungan dan konservasi juga dimanfaatkan untuk memberikan gambaran nyata tentang bagaimana teknologi diterapkan langsung di lapangan. Semua informasi tersebut kemudian dirangkum dan disajikan secara sederhana agar mudah dipahami oleh pembaca umum, tanpa mengurangi ketepatan dan keakuratan fakta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan teknologi dalam upaya pelestarian Harimau Sumatera sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Salah satu alat yang paling sering dipakai adalah kamera jebak. Kamera ini dipasang di titik-titik tertentu di dalam hutan Sumatera untuk merekam aktivitas satwa secara otomatis. Dengan bantuan kamera jebak, para peneliti dan petugas konservasi bisa mengetahui keberadaan harimau, menghitung jumlahnya, serta mempelajari perilaku mereka tanpa harus bertemu langsung dengan satwa yang berbahaya ini. Misalnya, di Taman Nasional Kerinci Seblat, penggunaan kamera jebak berhasil menangkap gambar lebih dari 40 harimau dalam satu area, yang sangat membantu dalam pengelolaan habitat mereka (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, 2025).

Selain itu, ada juga teknologi yang disebut sistem patroli pintar atau SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool), yang membantu tim konservasi dalam mengatur jadwal patroli dengan lebih teratur dan efisien. Sistem ini memungkinkan petugas untuk melaporkan aktivitas ilegal, seperti perburuan dan penebangan liar, secara langsung dan real-time, sehingga tindakan cepat dapat diambil. Ini sangat penting karena dua ancaman terbesar bagi Harimau Sumatera adalah perburuan dan kerusakan habitat akibat ulah manusia (WRI Indonesia, 2020).

Teknologi lain yang juga sangat berperan adalah pemantauan lewat satelit. Satelit memungkinkan pemantauan perubahan tutupan hutan secara berkelanjutan, sehingga jika ada pembalakan liar atau perubahan lahan yang mengancam habitat harimau, pihak berwenang bisa segera mengetahuinya dan mengambil langkah yang diperlukan (Hikvision & WWF Indonesia, 2023). Dengan data seperti ini, upaya pelestarian bisa dilakukan dengan lebih cepat dan terarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun