Mohon tunggu...
Nafisa Hana Sholihah
Nafisa Hana Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Kalijaga

seorang mahasiswi biasa yang sedang berusaha menyelesaikan tugasnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sandiwara di Atas "Panggung Drama" Erving Goffman

22 September 2022   20:06 Diperbarui: 22 September 2022   20:23 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erving Manual Goffman, yang biasa disebut Erving Goffman adalah sosiolog abad-20 yang lahir di Kanada pada 11 Juni 1992. Goffman memulai pendidikannya di sekolah teknik St. John's, minat awalnya adalah ilmu alam. 

Ia mengejar gelar sarjananya di Universitas Manitoba jurusan Kimia pada tahun 1939. Pada tahun 1943, Goffman bekerja di Dewan Film Nasional Ottawa dan mulai tertarik pada sosiologi. Ia melanjutkan studi sosiologinya di Universitas Toronto dan melanjutkan pendidikan doktornya di Universitas Chicago. Goffman belajar dibawah dua ilmuan sosial  yaitu M.Hart dan Ray Birdwhistell. Goffman pernah bertugas di St Elizabeth Hospital tahun 1955 di Washington. 

Karirnya pun berkembang pesat dan ia menjadi professor penuh pada tahun 1962. Ia pernah menjadi ketua Liga Ivy di Universitas Pennsylvania dan pernah terpilih menjadi presiden The America Sociological  Association. Pada tahun 1982 Goffman wafat di usia 60 tahun tatkala ia berada dipuncak kepopulerannya karena penyakit kanker.

Saya mengenal teori Dramaturgi dari buku pdf yang berjudul "Encyclopedia of Social Theory" yang ditulis oleh George Ritzer. Buku pdf ini membahas banyak teori sosial, termasuk teori dramaturgi milik Erving Goffman. Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa manusia berinteraksi seperti sebuah pertunjukan teater, dimana manusia sebagai aktor dan kehidupan sebagai panggung drama. 

Dalam pemahaman saya, teori  ini menganggap bahwa seseorang memiliki panggung depan dan panggung belakang, mereka akan menyesuaikan karakter sesuai dengan lawan bicaranya. 

Di panggung depan, seseorang akan menampilkan peran formalnya dan melakukan sandiwara. Sementara di panggung belakang mereka tidak perlu bersandiwara dan menampilkan jati diri yang sebenarnya. 

Hakikat seseorang saat berinteraksi dengan orang lain, ia ingin menampilkan diri yang bisa diterima orang lain, tanpa sadar mereka juga harus menyembunyikan sesuatu dalam diri mereka dan berpura-pura.

Teori ini sering terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Seseorang pasti memiliki panggung depan dan panggung belakangnya masing-masing. Apa yang ingin ditampilkan dipanggung depan pasti tidak sepenuhnya adalah dia, ada sedikit sandiwara agar diterima oleh orang lain. 

Pengalaman saya berdasarkan teori ini adalah teman saya pernah bersandiwara menjadi "kaya raya", memakai hp iphone, perawatan, pulang sekolah naik mobil, bersandiwara sering keluar negeri. 

Banyak sekali sandiwara-sandiwara yang sering teman saya tunjukkan di panggung drama yang ia buat. Pada kenyataanya, sandiwara tersebut terungkap secara perlahan dan menyebar ke penjuru sekolah. 

Ia hanya berpura-pura menjadi kaya agar memiliki teman. Kita sering sekali melakukan sandiwara hanya untuk mencapai keuntungan kita sendiri. Pun contoh lain adalah saat kita berinteraksi dengan teman dan teman dekat, itu juga berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun