Mohon tunggu...
Humaniora

Pembentukan Karakter Antikorupsi

17 Desember 2018   13:08 Diperbarui: 17 Desember 2018   13:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Alvi Durrotun Navisah

Permasalahan korupsi di Indonesia kini sudah sampai taraf skeptisisme disemua kalangan dan wilayah, termasuk wilayah akademisi. Karenanya, penetapan mata kuliah baru "Pendidikan Anti Korupsi" sebagai mata kuliah wajib adalah keputusan mentri pendidikan yang sangat perlu diapresiasi. 

Pendidikan merupakan salah satu tonggak kemajuan bangsa, bangsa yang unggul selalu mempunyai korelasi antara kualitas dan kuantitas pendidikan, antara teori dan praktek. 

Namun yang menjadi permasalahan adalah sebagian besar lembaga pendidikan lebih mengutamakan kuantitas dan teori, dengan mengenyampingkan implementasinya, gagasan penulis mengenai permasalahan tersebut adalah berdasar pada dua hal, yaitu menengok tujuan daripada pendidikan, yaitu pembentukan karakter yang bernorma dan berakal, kedua, berdasarkan fakta bahwa presentase terbesar tindak pidana korupsi dilancarkan oleh pihak-pihak dengan latar belakang pendidikan tinggi.

Pada dasarnya korupsi merupakan perilaku yang muncul secara sadar dan disengaja, Terdapat beberapa komponen psikologis yang menyebabkan munculnya perilaku tersebut. Potensi munculnya suatu perilaku, adalah sikap yang bersinergi dari tiga faktor, pertama,Kognisi, yaitu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan berdasarkan kesadaran dan perasaan. 

Kedua, Afeksi, yaitu emosi seseorang. Ketiga, Psikomotorik, yaitu aktifitas fisik terkait proses mental atau psikologi (Azwar, 2006). Maka dari itu, lembaga pendidikan, khususnya pendidik harus mampu menerapkan ketiga intensi tersebut ke arah yang positif.

Pada dasarnya ketiga atribut di atas tidak dapat spontan diterapkan dalam lembaga pendidikan, artinya lembaga pendidikan bukanlah wadah pertama bagi seseorang dalam memperoleh pendidikan, terutama pendidikan karakter, namun pendidikan karakter seharusnya diterapkan pada lingkungan di mana ia pertama kali berinteraksi dan bersosialisasi, yaitu dalam keluarga, dalam hal ini subjek utamanya adalah orang tua. Sebagaimana yang terilustrasikan dalam al-Qur'an surat Lukman ayat 12-13 :

"dan sungguh, telah kami berikan hikmah kepada luqman, yaitu "bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa kufur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutuka Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar"".

Ada beberapa point yang Allah ajarkan melalui figur seorang lukman, pertama, Hikmah, bahwa seorang pendidik seharusnya tidak hanya mengajarkan, tapi juga mengamalkan, tidak hanya teori, tapi juga implementasi. 

Itulah sebabnya Allah memerintahkan lukman untuk bersyukur, karena syukur itu diawali dengan ucapan, ini adalah ilustrasi dari teori, setelah itu baru implementasinya. Sikap demikian merupakan yang jarang dimiliki oleh pendidik pada era sekarang. 

Kedua, tutur kata yang halus, tergambar dari panggilan lukman kepada buah hatinya ," ", ketiga, Tauhid, artinya pengajaran pertama yang harus tertanam dalam diri manusia adalah keesaan Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun