Mohon tunggu...
Nadya Khairunnisa
Nadya Khairunnisa Mohon Tunggu... -

mulai menikmati status ke-tingkatakhiran di kampus tercinta, Institut Pertanian Bogor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fastfood VS Slowfood: Peran Generasi Muda dalam Mempertahankan Keanekaragaman Pangan Lokal

11 Juni 2012   17:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan salah satu pusat keragaman hayati terbesar di dunia. Kekayaan hasil alam Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara yang diperebutkan oleh dunia global. Namun sayangnya potensi besar ini tidak disadari oleh masyarakat Indonesia sendiri. Generasi muda yang diharapkan menjadi tiang tombak untuk pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, justru gemar dengan produk luar negri. Mengingat pentingnya peran generasi muda untuk ikut dalam melestarikan pangan lokal, dalam acara Bogor Organic Fair (BOF) 2 & Festival Herbal Indonesia, Asosiasi Organik Indonesia juga mengadakan talkshow yang mengusung tema tentang “Pangan Lokal dan Generasi Muda”. Talkshow yang diadakan pada tanggal 9 Juni 2012, hari pertama BOF 2 ini menghadirkan empat orang pembicara dari instansi yang berbeda-beda.

Membuka pembicaraan, Putri Ayusha selaku perwakilan dari KEHATI (Keanekaragaman Hayati Indonesia),menyampaikan bahwa generasi muda sekarang lebih gemar dengan produk luar negri, seperti fastfood. Padahal, makanan dalam negri jauh lebih enak dan sehat dibandingkan fastfood atau yang lebih dikenal dengan makanan siap saji. Hal senada juga dikemukakan oleh Helianti dari Javara. Helianti memaparkan bahwa makanan rumahan atau yang dikenal juga dengan slowfood justru lebih baik untuk kesehatan. Walaupun trend gaya hidup sehat sudah mulai diminati oleh kalangan masyarakat, namun tuntutan akan waktu membuat orang tetap bertahan dengan fastfood. Menanggapi hal ini, Hernawan Eddy selaku pemilik Arum Ayu menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak zaman sekarang tidak terlepas dari bimbingan orangtua. “Seharusnya masyarakat sadar kita membutuhkan asupan pangan local sebagai konsumsi sehari-hari karena anatomi tubuh yang kita miliki juga anatomi lokal” paparnya.

Ditelaah lebih lanjut, pemilihan makanan di Indonesia juga dipengaruhi oleh harga makanan tersebut. Keberadaan fastfood yang jauh lebih murah dibanding slowfood yang dijual di pasaran membuat masyarakat, terutama pelajar melirik fastfood sebagai santapannya. Terlebih lagi waktu penyajian fastdood yang serba cepat semakin menjawab kebutuhan masyarakat modern saat ini. Rasa yang enak dan penyajian yang praktis pada makanan cepat saji membuat keberadaan mereka lebih popular di masyarakat dibandingkan makanan lainnya. Padahal kandungan kalori yang tinggi pada makanan tersebut justru berbahaya bagi kesehatan. Popularitas yang tinggi pada makanan cepat saji ini menimbulkan perkembangan industri makanan sejenis menjadi tidak terkendali, khususnya di Indonesia.

Mengingat pentingnya peran generasi muda dalam pelestarian sumber bahan pangan lockl, Dian memaparkan bahwa Omar Niode Foundation sendiri sudah berkontribusi dalam mengajak generasi muda untuk mencintai pangan lokal, salah satunya dengan mengadakan Food Revolution Day, 19 Mai 2012 lalu. Namun, lebih lanjut dian menyebutkan bahwasanya keinginan untuk melakukan perubahan berasal dari diri sendiri. Walaupun demikian, peran masyarakat luas sangat membantu dalam pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. “Kembali pada pangan lokal merupakan pilihan tepat untuk kita semua”, paparnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun