Mohon tunggu...
Nadya Dwi Anggraeni
Nadya Dwi Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/i

hidup itu harus balance

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peranan Seorang Abdul Haris Nasution dalam Peristiwa Bandung Lautan Api Tahun 1946

25 Mei 2024   15:17 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Abdul Haris Nasution Salah satu dari banyak tokoh dalam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang diakui sebagai Pahlawan Nasional. Nasution juga merupakan salah satu guru bangsa dan intelektual TNI AD, dan beberapa pemikirannya telah sangat membantu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah tentang peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada bulan Maret. 

Abdul Haris Nasution sendiri merupakan seorang batak muslim yang berasal dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kolonel Abdul Haris Nasution yang pada saat terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api menjabat sebagai Panglima atau Komandan Divisi III Siliwangi yang dikenal juga sebagai peletak dasar perang gerilya. Selama hidupnya, A.H Nasution mendapat banyak pangkat militer, mulai dari Letnan Kolonel hingga Jenderal. 

Semua pangkat itu dia dapatkan karena peran dan kontribusinya yang besar untuk negara. Salah satu peran dan kontribusi A.H. Nasution dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah dalam peristiwa Bandung Lautan Api, yang merupakan pembumihangusan wilayah Bandung Selatan

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa bersejarah bagi Indonesia, terutama bagi penduduk Bandung Selatan pada awal kemerdekaan negara. sebagaimana dinyatakan oleh (Toer dkk , 1999 dalam Makruf , 2019), 1946 24 Maret  Laskar dan tentara mengambil alih Bandung Lautan Api.  Tentara membakar markasnya sendiri , asrama-asramanya, dan struktur penting lainnya, dan banyak orang membakar rumah mereka sendiri peristiwa bersejarah ini terjadi pada 24 Maret 1946 pukul 20.00 WIB. 

Sebuah peristiwa yang dikenal sebagai "Bandung Lautan Api" terjadi ketika penduduk Bandung membakar wilayah Bandung Selatan sebagai bentuk penentangan mereka terhadap Inggris Raya. Inggris mengeluarkan ultimatum ke dua, atau perintah supaya pasukan bersenjata RI meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 km dari pusat kota. Akibatnya, orang-orang Bandung melakukan pembumihangusan ini. Saat terakhirnya adalah pukul 24.00 tanggal 24 Maret 1946. Jika ultimatum tersebut tidak dipenuhi Inggris akan membombardir Bandung Selatan (Sitaresmi dkk, 2013 dalam Makruf, 2019).


Taktik bumi hangus ini tidak dilakukan hanya karena marah terhadap ultimatum kedua Inggris; A.H Nasution tahu bahwa Inggris memiliki kekuatan yang besar dan tidak akan membiarkan hal ini terjadi (Smail, 2011 dalam Makruf, 2019). Kemudian dibuat keputusan yang berbeda dari perintah pusat untuk menuruti ultimatum, yang berarti Nasution meminta seluruh penduduk Bandung Selatan untuk mengosongkan Bandung Selatan karena tepat pukul 24.00 tanggal 25 Maret, semua bangunan di Bandung akan dibakar. Namun, pada pukul 20.00, ledakan pertama terdengar dan kemudian ledakan lainnya. Meskipun demikian, pembumihangusan terus terjadi, terutama di rumah-rumah tinggal. Akibatnya, Bandung pada malam hari itu seperti lautan api (Dienaputra et al., 2005 dalam Makruf, 2019).


Peristiwa bumi hangus Kota Bandung ini yang kemudian dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api dikenang dalam lagu kebangsaan yang berjudul “Halo-Halo Bandung”, dan untuk memperingati peristiwa bersejarah ini maka dibuatlah monumen di Jl. Bkr, Ciateul, Regol, Kota Bandung yang bernama Monumen Bandung Lautan Api.

Penutup 

Abdul Haris Nasution Salah, seorang tokoh Tentara Nasional Indonesia (TNI AD), adalah seorang guru dan intelektual yang berperan penting dalam memajukan dan memperkuat kemerdekaan Indonesia. Salah satu kontribusinya yang paling signifikan adalah gerakan kemerdekaan di Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946. Gerakan tersebut merupakan peristiwa penting bagi masyarakat Bandung Selatan karena menandai dimulainya perlawanan mereka terhadap Inggris. Nasution yakin Inggris punya kekuatan besar dan tidak akan mengubah keadaan. Gerakan ini kemudian disebut sebagai "Halo-Halo Bandung" dan terjadi di berbagai lokasi, antara lain Jl. Bkr, Ciateul, Regol, dan Bandung Selatan Api. 

Reverensi 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun