Mohon tunggu...
Nadya A
Nadya A Mohon Tunggu... Freelancer - sedang bereksplorasi

Menulis topik sosial, politik, K-Pop, dan isu-isu digital.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Cyberbullying Mengincar Milenial

21 Juli 2020   08:12 Diperbarui: 21 Juli 2020   08:16 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Millenial sudah sangat akrab dengan dunia digital. Mereka merupakan pengguna aktif beragam media sosial seperti Instagram, Twitter, Youtube, dan Facebook. Bahkan generasi ini diklaim menghabiskan banyak waktu di dunia maya. 

Berdasarkan artikel yang ada di kompas.com pada tanggal 30 Januari 2019, IDN Research Institute bekerjasama dengan Alvara Research Center mendapatkan data mengejutkan dari survei yang mereka lakukan di tahun 2018. 

Sebanyak 45 persen junior millennial berumur 20-27 tahun mengakses internet selama 4-6 jam sehari. Sedangkan 6,5 persen mengakses internet selama 7-10 jam sehari dan junior millennial yang menghabiskan waktu lebih dari 11 jam untuk menggunakan internet mencapai 9,6 persen.     

Sebenarnya, lewat platform digital, millennial meraih beberapa keuntungan. Konten yang terpublikasi juga membawa millennial untuk mendapatkan tawaran pekerjaan. Bahkan sekarang ini, perusahaan lebih gencar melakukan promosi produk lewat internet. 

Seringkali kita melihat selebgram mendapatkan endorsement di akun Instagram atau channel Youtube mereka. Perusahaan memanfaatkan popularitas mereka untuk mempengaruhi masyarakat agar membeli suatu produk tertentu. Dengan keahlian ini, mereka lebih dikenal dengan sebutan "influencer".

Kebanyakan millennial juga menggunakan sosial media untuk menjalin hubungan dengan teman-teman lama. Interaksi pertemanan mereka dapat teridentifikasi lewat pemberian komentar-komentar atau like di foto atau pun status yang diposting pada akun masing-masing. Kemudahan dan kebebasan berinteraksi menjadi 'nyawa' di dunia maya.

Namun kemudahan dan kebebasan tersebut seringkali kebablasan. Kasus cyberbullying semakin marak terutama di kalangan millennial. Sebut saja Awkarin, Aurel Hermansyah, dan yang terbaru artis dari Negeri Gingseng, Sulli yang mengakhiri diri sebab diduga depresi akibat komentar-komentar jahat netizen. Namun, tak hanya public figure yang menjadi korban Cyberbullying. Ada kisah dari Amanda Todd dan Mallory Grossman yang juga menjadi korban dari cyberbullying. Keduanya hanya gadis dibawah umur yang menjadi korban kekejaman cyberbullying.

Definisi Cyberbullying

Kata 'cyberbullying' berasal dari dua kata Bahasa Inggris yakni 'cyber' dan 'bullying'. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, 'cyber' berarti siber atau sesuatu yang berhubungan dengan internet atau dunia maya, sedangkan 'bullying' berarti perundungan. 

Maka, cyberbullying adalah perundungan yang dilakukan via dunia maya.  Aktivitas tersebut dilakukan menggunakan media elektronik, seperti pesan instan, surat elektronik, chat rooms, websites, game online, situs jejaring sosial, atau pesan teks (Kowalski & Limber, 2013), yang dikirim melalui telepon genggam atau perangkat teknologi komunikasi yang lain (Kowalski, Limber, & Agatston, 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun