Kontrak derivatif adalah perjanjian antara dua orang untuk membeli dan menjual aset di masa depan dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang variabel dasarnya adalah saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang, dan suku bunga. Instrumen derviatif terdiri dari kontrak forward, future, opsi, dan swap. Instrumen derivatif tersebut dikenal instrumen lindung nilai, menjadi kunci dalam mengurangi tingkat variasi atau volatilitas hasil investasi. Selain itu, kontrak derivatif juga membantu para pelaku pasar untuk mengelola risiko.Â
Namun, instrumen keuangan derivatif membawa risiko yang signifikan selain keuntungan yang ditawarkan. Volatilitas pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan risiko model adalah beberapa dari risiko kontrak derivatif. Berikut beberapa ringkasan mengenai risiko kontrak derivatif menurut Aisha et al. (2023) :
1. Volatisitas Pasar
Pelaku pasar harus memperhatikan variabel yang dapat menyebabkan ketidakpastian pasar atau volatisitas pasar, seperti faktor ekonomi, peristiwa politik, atau sentimen pasar.
2. Risiko Kredit
Risiko kredit muncup apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban pembayarannya sesuai kontrak, ada risiko kredit. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi derivatif harus melakukan analisis kredit yang cermat.Â
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas mungkin terjadi apabila terdapat kekurangan permintaan atau minat dari pemain pasar untuk melakukan transaksi derivatif tertentu.
4. Risiko Operasional
Risiko operasional berhubungan dengan kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau peristiwa eksternal yang dapat mengganggu proses transaksi derivatif.
5. Risiko ModelÂ