Mohon tunggu...
Nadiya Sahlimar
Nadiya Sahlimar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya orangnya random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pandemi terhadap Hasil Belajar Siswa dan Berbagai Upaya guna Terus Membangun Dunia Pendidikan

1 Juli 2022   20:14 Diperbarui: 1 Juli 2022   20:16 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemberlakuan physical distancing untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 telah memaksa pelaksanaan proses pembelajaran secara sepenuhnya menjadi daring. Berbagai upaya dilakukan sebagai bentuk melanjutkan dunia pendidikan meski terdampak pandemi, guna terus membangun dunia pendidikan. Bentuk dari berbagai upaya itu salah satunya adalah pemberlakuan pembelajaran secara daring, hal ini dilakukan sebagai solusi dari terhambatnya kegiatan belajar mengajar. Dan dalam menjalankan kegiatan ini pun terdapat hal yang menjadi pro dan kontra, hasil positif maupun negatif, bahkan polemik tantangan setelah diadakannya pembelajaran secara daring. Berbagai dampak setelah dilakukannya pembelajaran secara daring tentu membawa dampak pada si pemilik tanggung jawab, yang tak lain dan tak bukan adalah bagi para siswa itu sendiri.
Setelah mengkaji dari beberapa data, ditemukannya fakta positif mengenai kebiasaan dalam menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran dapat mendorong peserta didik melek dan sadar teknologi sehingga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknologi dasar. Oleh. Pangondian, dkk. (2019) disebutkan bahwa kesadaran teknologi, pengetahuan dan keterampilan teknologi dasar serta motivasi memanfaatkan sistem e-learning termasuk dalam faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan pembelajaran daring di negara berkembang.
Namun selain hal positif ini tentunya terdapat pendapat negatif mengenai kekurangan belajar daring. Salah satunya adalah ketersediaan jaringan internet. Beberapa mengaku kesulitan untuk mengikuti pembelajaran online karena tidak semua wilayah mendapatkan jaringan internet dengan akses lancar (Hasanah dkk, 2020).
Hal tersebut membuat mereka kesulitan ketika akan mengumpulkan tugas. Selain tantangan mengenai layanan internet, tantangan lainnya adalah kendala biaya. Untuk mengikuti pembelajaran online, para siswa harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli kuota internet. Apalagi ketika pembelajaran dilakukan melalui video conference akan menghabiskan kuota internet sangat banyak. Berdasarkan informasi dari Din (dalam CNNIndonesia, 2020) yang dipublikasikan pada tanggal 25 Mei 2020 menyebutkan bahwa konsumsi data untuk video conference menggunakan aplikasi zoom dengan kualitas video 720P selama satu jam menghabiskan data sebesar 540 MB.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam penggunaan smartphone guna menunjang pembelajaran daring adalah adanya kecanduan penggunaan smartphone. Beberapa penelitian menunjukkan adanya indikasi kecanduan gadget akibat penggunaan yang berlebihan. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran akan efek negatif pada penggunaan gadget dan media sosial seperti kemungkinan terpapar informasi yang salah dan tidak perhatian selama belajar akibat bermain media sosial (Siddiqui & Singh, 2016). Selain itu, orang yang kecanduan gadget cenderung memiliki masalah sosial dan akademik (Kwon et al., 2013). Sehingga penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih memilih untuk segera kembali bersekolah.
Meski dengan adanya polemik ini, pembelajaran yang dilakukan secara daring ini merupakan satu-satunya solusi untuk menekan penyebaran covid 19. Berbagai polemik mengenai pembelajaran daring tentunya sangat berdampak terhadap siswa, orang tua siswa sekaligus guru yang bertindak sebagai para pengajar.
Diungkapkan oleh seorang siswa SMK yang saya wawancarai mengenai dampak pembelajaran daring ini terhadap hasil belajarnya. Tanpa menyebutkan nama, siswa tersebut berpendapat bahwa banyaknya mis-komunikasi yang terjadi antara guru dan murid menjadi penghambat dalam belajar. Selain itu keterbatasan akses alat seperti laptop ataupun gadget lainnya membuat dia sering menemui kesulitan dalam pembelajaran, begitupun akses internet yang tidak selalu lancar. Dan dengan berbagai kendala itu dia merasa sering tertinggal karena guru juga tidak begitu mau tau dengan keadaan siswanya. Di dalam penyampaian materi pun, siswa merasa kurang paham sebab hanya dijelaskan secara daring, baik secara langsung melalui zoom meeting ataupun melalui website sekolah yang hanya berupa tulisan. Sebagai siswa dia menganggap bahwa belajar secara langsung lebih efektif dalam menyerap ilmu-ilmu yang hendak disampaikan oleh para guru. Begitupun berbagai tugas yang dapat lebih mudah diselesaikan jika pembelajaran dilakukan secara langsung, karena tidak membutuhkan biaya untuk internet sekaligus kecanggihan gadget dalam mengaksesnya.
Siswa juga merasa kurang pendampingan sebab ketika guru dirasa kurang dalam menjelaskan, mereka hanya dapat bertanya kepada orang tua mereka, tetapi para orang tua yang notabene memiliki banyak tanggung jawab lain lebih banyak tidak mengetahui materi-materi tersebut, terlebih sebagai siswa SMK ia harusnya lebih banyak praktek dibanding hanya materi. Dengan segala kendala ini membuat hasil belajarnya sebagai seorang siswa menurun, ia merasa sebagai seorang siswa pembelajaran daring adalah sistem pelajaran yang menyulitkan, terlebih di bidang presensi. Siswa dituntut melakukan presensi dan jika tidak maka ia dianggap tidak mengikuti pembelajaran, dengan itu pula ia dikatakan sering meninggalkan pelajaran padahal terkendala sinyal, sehingga presensi kehadirannya tidak sedikit yang tidak terisi menyebabkan ia harus mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Ketika mewawancarai orang tua siswa sebagai wali murid, diungkap para orang tua, dengan keadaan yang seperti ini justru menyulitkan tak hanya siswa melainkan juga orang tua siswa karena mereka tidak dapat mendampingi anak-anak mereka untuk belajar. Informasi yang kurang dipahami oleh anak tidak dapat dipertegas oleh orang tua karena orang tua merasa kurang mampu dan kurang tau. Orang tua juga tidak dapat bertindak ketika anak sedang menggunakan gadget secara terus menerus dengan alasan mengerjakan tugas. Meski begitu ketika hasil belajar siswa dibagikan, orang tua tidak sedikit yang kaget dengan penurunan nilai anak-anak mereka. Ketika para orang tua bertanya kepada anak, anak hanya mampu mengatakan bahwa informasi tidak dapat diserap secara maksimal. Ketika ditanyakan kepada guru terkait, orang tua juga mengungkapkan adanya mis-komunikasi antara guru dengan siswa yang diajar sehingga menyebabkan banyaknya nilai yang kurang.
Sementara para guru sebagai tenaga pengajar juga memiliki pendapat mengenai kegiatan belajar daring ini. Guru SMK yang mengajar seni budaya sebagai narasumber yang saya wawancarai mengungkapkan, bahwa meski mengajar seni budaya di SMK bukan pelajaran khusus kejuruan tetapi beliau lebih senang dengan pembelajaran secara langsung dikarenakan dapat memantau keaktifan siswa nya secara langsung. Beliau menilai pembelajaran seni budaya melalui daring cukup sulit karena tidak bisa melakukan praktek langsung, seperti bernyanyi contohnya. Beliau juga menyampaikan tentang sulitnya mengajar melalui daring adalah karena tidak semua materi yang hendak diajarkan itu tersampaikan, karena penyampaian materi hanya dapat melalui layar datar, sementara berbagai hal hanya dapat dilakukan ketika tengah bertatap muka langsung. Beliau berpendapat pembelajaran daring tidak hanya sulit untuk siswa melainkan juga untuk para guru karena harus terus memantau prestasi siswa tanpa bertemu langsung, dengan ini beliau berharap supaya pandemi segera berlalu.
Meski begitu beliau juga menyampaikan hal positif tentang keaktifan siswa yang selalu disiplin mengumpulkan tugas tepat waktu, keaktifan siswa dalam menanyakan materi yang kurang mereka pahami, serta keaktifan siswa menghubungi beliau dalam rangka meminta tugas sebagai tambahan nilai. Dengan ini bagi beliau yang paling penting adalah proses selama mengajar, dengan siswa yang aktif, beliau sebagai guru tidak akan segan dalam memberikan nilai yang bagus sehingga pada akhirnya hasil belajar yang baik akan di dapat siswa.
Dengan hasil data yang telah dikaji dan wawancara yang telah dilakukan, terdapat banyak pendapat yang menyatakan sisi positif dan negatif tentang pembelajaran secara daring serta keterkaitannya dengan hasil belajar siswa. Pun berbagai upaya lain yang dilakukan guna terus membangun dunia pendidikan adalah dengan pengadaan acara-acara khusus yang dapat diikuti siswa sebagai wujud bahwasannya pandemi bukanlah halangan dalam melanjutkan dunia pendidikan. Diantaranya adalah acara seminar massal secara daring yang diisi oleh motivator-motivator hebat, acara vaksinasi massal yang diadakan sekolah dan dilakukan secara merata sebagai wujud bahwasannya dunia pendidikan waspada terhadap covid, dan lain-lain nya. Kegiatan seperti itu tentunya memicu semangat belajar siswa sekaligus membuktikan bahwa dunia pendidikan tetap berjalan meski pandemi tengah berlangsung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun