Mohon tunggu...
nadin afwika
nadin afwika Mohon Tunggu... mahasiswa universitas airlangga

mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Diabetes : Menyingkap Bahaya Gula Dikalangan Anak Muda

11 September 2025   06:10 Diperbarui: 11 September 2025   06:00 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ANCAMAN DIABETES : MENYINGKAP BAHAYA GULA DIKALANGAN ANAK MUDA
NADIN AFWIKA ZENITA/191251188
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA

   Di era modern ini, gaya hidup anak muda mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pola konsumsi sehari-hari tidak lagi sekadar memenuhi kebutuhan gizi, melainkan juga mengikuti tren kuliner yang seringkali tinggi gula. Minuman boba, kopi susu dengan gula berlebih, camilan kemasan, hingga makanan cepat saji menjadi bagian dari keseharian remaja. Fenomena inilah yang kemudian melahirkan istilah "generasi manis," yakni kelompok anak muda yang tidak dapat lepas dari gula dalam keseharian mereka. Namun, di balik kenikmatan rasa manis, terdapat ancaman serius bagi kesehatan, yaitu risiko meningkatnya prevalensi diabetes di usia muda.

    Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Glukosa atau gula adalah sumber energi bagi tubuh. Namun pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat lagi digunakan oleh tubuh dengan efektif. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin, atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin dengan optimal. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. Glukosa yang tidak diserap sel tubuh dengan baik akan menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Diabetes mellitus, khususnya tipe 2, selama ini identik dengan penyakit orang dewasa atau lansia. Akan tetapi, tren global menunjukkan adanya pergeseran usia penderita yang semakin muda. Pola makan tinggi gula, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan begadang menjadi faktor risiko yang dominan di kalangan remaja. Menurut laporan International Diabetes Federation (2021), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai lebih dari 10 juta orang, dan sebagian besar berasal dari kelompok usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman diabetes bukan lagi isapan jempol, melainkan realita yang tengah mengintai generasi muda.

Gula memang memiliki peran penting sebagai sumber energi. Namun, konsumsi berlebih akan menimbulkan berbagai dampak negatif. Kelebihan gula dapat menyebabkan resistensi insulin, yang menjadi pintu masuk munculnya diabetes tipe 2. Selain itu, konsumsi minuman manis secara rutin juga meningkatkan risiko obesitas, kerusakan gigi, hingga gangguan metabolisme lainnya. Ironisnya, anak muda seringkali kurang menyadari bahaya laten ini. Bagi mereka, minuman manis dianggap sebagai bagian dari gaya hidup gaul, sehingga sulit dihindari.

 Selain faktor konsumsi, kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab lain meningkatnya risiko diabetes di kalangan generasi muda. Kebiasaan duduk berjam-jam di depan layar gawai, minim olahraga, dan pola tidur yang tidak teratur memperparah kondisi metabolisme tubuh. Perubahan gaya hidup inilah yang mempercepat terjadinya sindrom metabolik, yakni kumpulan faktor risiko yang berujung pada diabetes. Jika tidak ada upaya pencegahan sejak dini, generasi saat ini berpotensi menghadapi ledakan kasus diabetes di masa depan, yang pada akhirnya juga berdampak pada beban kesehatan masyarakat.

Untuk mencegah kondisi ini, diperlukan langkah nyata baik dari individu maupun pemerintah. Dari sisi individu, anak muda perlu meningkatkan kesadaran akan pola makan sehat. Membatasi konsumsi gula tambahan, memilih minuman tanpa pemanis, serta membiasakan diri mengonsumsi buah dan sayur dapat menjadi langkah awal yang sederhana namun efektif. Aktivitas fisik juga harus ditingkatkan, minimal 30 menit per hari, untuk menjaga metabolisme tubuh tetap seimbang.

Kesimpulan Fenomena "generasi manis" mencerminkan gaya hidup anak muda yang semakin akrab dengan konsumsi gula berlebih, baik dari minuman maupun makanan modern. Di balik kenikmatannya, kebiasaan ini menyimpan risiko serius berupa meningkatnya prevalensi diabetes pada usia muda. Penyakit diabetes yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah bukan hanya mengganggu metabolisme tubuh, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi berbahaya bila tidak ditangani dengan tepat. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, hingga faktor genetik.

Untuk itu, kesadaran anak muda dalam menjaga kesehatan harus ditingkatkan melalui penerapan pola makan seimbang, olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Pencegahan sejak dini jauh lebih penting daripada pengobatan, sehingga generasi muda tidak hanya menikmati gaya hidup modern, tetapi juga mampu menjaga masa depan kesehatan mereka agar terhindar dari ancaman diabetes.

KATA  KUNCI  : Diabetes, Generasi, Muda, Gaya, hidup

Devi Puspita Sari, 2019, Diabetes Melitus , https://fikes.upnvj.ac.id/berita- kampus/2019/04/diabetes-melitus.html [ online] (diakses tanggal 29 Agustus 2025)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun