Mohon tunggu...
Ratna Putri
Ratna Putri Mohon Tunggu... Relawan - Ratna Putri Nadika

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikatan Batin

10 November 2017   06:29 Diperbarui: 10 November 2017   07:28 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
susanjsilva.wordpress.com

Entah sudah berapa kali aku menuliskaan ini tentangmu. Tanpa ku bosan untuk mencurahkan segala uneg-uneg yang ada dalam benak ini. Ikatan batin antara kita berduapun tak terelakan lagi. Mengejar masa depan dikota orang  juga harus berdiri sendiri dengan secuil pengalaman  yang ku punya sangatlah tak mudah. Ketika badan sedang tidak bersahabat dengan kemauan segala aktifitas tidak bisa berjalan dengan normal bahkan harus terhenti sementara. Ketika kesehatanku sedang diuji oleh Allah hasrat rindu rumahpun ingin kuturuti. Ketika matahari telah menampakkan sinarnya nada dering hp berbunyi ternyata memang benar ikatan batin sang ibu memang luar biasa. 

Kuangkat telfon itu dan berkata " assalamualaikum bundaaku(berusaha menyehatkan suara) ada apa bun?ngasih trasferan yaa( sambil tertawa terbahak bahak ). Lalu bunda menjawab "waalaikumsalam sayang,lo kok belum belum udah trasferan aja. Gini mbak(sapaan bunda untukku) dari semalam itu hati bunda nggak tenang bawaannya itu mau nelfon kamu mbak,tapi takut ganggu mbak. Mbak sehat kan disana ? mbak baik baik aja kan disana ?" tanpa berlama lama lagi air mata ini langsung mendera begitu derasanya. Seketika tertahan mulut ini untuk berbicara. 

Suara panggilan Bunda kepadaku terus berahutan. Kemudian ku mengusap air mata ini dan segera menjawab panggilan bunda "iya bunda,ini lo masih mendengarkan temen bicara(mencari cari alasan).alhamdulilah bun sehat walafiat kok (air mata kembali menetes). Bunda menambahi "harus jaga kesehatan ya mbak,bunda nggak tega kalau kamu sakit apalagi nggak berada di dekat bundakayak gini, bunda selalu do'ain mbak mudah mudahan selalu sehat selalu dijaga sama Allah dan selalu bahagia dunia dan akhirat "tutur bunda. Sungguh tiada tandingannya do'a orangtua khususnya Ibu. 

Apa yang harus aku lakukan sekarang. Mengutarakan yang sesungguhnya atau sebaliknya. Jika aku mengutarakan yang sesungguhnya aku tak tega dengan bunda, tapi jika tidak badan ini sudah lemas tak berdaya. Ya allah maafkan aku telah berbohong dengan malaikat tak bersayap yang telah kau kirimkan untukku. Disisi lain  aku mempunyai maksud mengapa aku tidak mengutarakan yang sebenarnya. Tetapi sesungguhnya namanya berbohong meskipun untuk kebaikan sekalipun namanya juga akan tetap berbohong. Percakapan kamipun terhenti ketika bunda akan melakukan aktifitasnya. 

Dalam lubuk hatiku terdalam berkata bunda maafkan putrimu yang terpaksa berbohong dengan keadaanku yang sesungguhnya. Aku begitu berharap ridhomu takkan putus untuk putrimu. Ridhomu yang kucari selama ini. Do'a kan selalu putrimu yang disini semoga bisa membawa dan juga menjaga amanah yang telah kalian amanahkan, Serta do'a yang selalu ku munajatkan tak lain hanyalah untuk membahagiakan kalian wahai keluargaku. 

terimakasih dan semoga bermanfaat 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun